Emiten Indonesia Merajai Market Cap ASEAN

Rabu, 08 May 2024

JAKARTA. Pertumbuhan kapitalisasi pasar (market capitalization) emiten Tanah Air cukup pesat. Di bursa Asia Tenggara, ada tujuh emiten Indonesia yang memuncaki klasemen 10 besar berdasarkan nilai market cap. Total nilai market cap bursa saham Indonesia kini mencapai Rp 12.009 triliun. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi emiten paling bernilai di bursa saham Asia Tenggara dengan total market cap Rp 1.321 triliun atau setara US$ 82,5 miliar (kurs US$ 1=Rp 16.000). Sementara di tingkat Asia, BREN berada di posisi 50 emiten dengan market cap terbesar. Nilai market cap BREN berjarak lumayan jauh dari DBS Group Holdings, perusahaan yang tercatat di bursa Singapura dengan nilai US$ 75,32 miliar. Lalu, Bank Central Asia Tbk (BBCA) berada di urutan ketiga dengan nilai market cap US$ 74,51 miliar. Memang, kalau di bursa Asia, nilai kapitalisasi pasar Indonesia masih jauh di bawah China, Taiwan, hingga Hong Kong. Taiwan Semiconductor Manufacturing menjadi perusahaan dengan nilai market cap terbesar di kawasan Asia yakni US$ 629,65 miliar (lihat infografis).

Di pasar lokal, peta market cap juga terus bergeser. Terutama, setelah saham-saham perbankan jumbo masih terkena tekanan jual. Per Selasa (7/5), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) merangsek ke posisi ketiga emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, senilai Rp 709 triliun atau US$ 44,17 miliar. AMMN menggeser posisi Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang kini menduduki posisi keempat dengan market cap US$ 44,10 miliar. Satu bulan terakhir, saham AMMN naik 11,71%. Sedangkan sejak awal tahun ini, pertumbuhan saham AMMN sudah mencapai 49,24%. Investment Consultant Reliance Sekuritas, Reza Priyambada mengatakan, rotasi di bursa saham akhir-akhir ini akbat strategi investor yang mencari peluang cuan dari sektor selain perbankan, terutama setelah kinerja emiten sektor perbankan cenderung melambat. Kondisi ini semakin diperburuk oleh kenaikan suku bunga acuan yang ditempuh Bank Indonesia (BI). "Pelaku pasar mencari sektor atau saham-saham lainnya seperti energi baru terbarukan (EBT) atau komoditas," ujar Reza, Selasa (7/5). Saham BREN juga melaju cukup kencang. Dua hari setelah suspensi dibuka, saham milik taipan Prajogo Pangestu ini sempat menyentuh level tertingginya sepanjang masa di posisi Rp 9.925 per saham.

Potensi masih besar

Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas menambahkan, secara fundamental pasar saham Indonesia masih kokoh. Hal ini ditopang oleh kinerja para emiten juga masih tumbuh positif. Menurut Nico, penguatan kinerja fundamental dapat diikuti oleh kinerja sahamnya. "Pertumbuhan kinerja keuangan emiten di Indonesia masih cukup baik untuk bisa menarik investor," kata Nico. Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta melihat, kendati saat ini investor asing cenderung melakukan aksi jual, masih ada peluang dana asing kembali berbalik masuk ke pasar Indonesia. Fundamental makroekonomi dalam negeri terbilang stabil dan mampu menarik investor asing untuk menempatkan dana di pasar modal Indonesia. Selain itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga memiliki jumlah emiten yang cukup banyak, sehingga bisa menjadi ragam pilihan bagi investor. Dari sisi suplai, jumlah gelaran penawaran umum atau initial public offering (IPO) di Indonesia juga masih terus bertumbuh. "Tren IPO dalam negeri meningkat progresif. Dengan jumlah emiten yang terus bertambah, maka kapitalisasi pasar BEI juga akan ikut meningkat," jelasnya. Dengan pertumbuhan saham AMMN saat ini, Nafan melihat saat ini menjadi momentum yang menarik untuk menambah (add) saham AMMN. Target harga AMMN ialah Rp 10.850. Dari jajaran emiten big caps, Nafan juga merekomendasikan akumulasi beli saham BBCA dan BMRI dengan masing-masing target harga terdekat di Rp 10.000 dan Rp 6.950. Sementara itu, saham jagoan Nico jatuh pada BBCA, BMRI, BBRI, TLKM, ASII, BBNI dan AMRT.

Sumber : Kontan 08 Mei 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)