UNTR Masih Agresif Diversifikasi Usaha

Kamis, 25 Apr 2024

JAKARTA. Ramainya sentimen eksternal seperti tensi geopolitik dan fluktuasi harga komoditas turut berdampak ke bisnis PT United Tractors Tbk (UNTR). Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) juga bisa mempengaruhi kinerja UNTR. Kendati begitu, Direktur United Tractors Iwan Hadiantoro tetap optimistis, dengan segmen bisnis yang beragam, UNTR mampu meredam dampak tersebut. "Ini beauty of UNTR, bisnis kami terdiversifikasi," kata Iwan di paparan, Rabu (24/4). Iwan lantas mencontohkan penguatan dolar AS akan menekan segmen bisnis alat berat. Dengan besarnya porsi impor, UNTR mesti mengeluarkan biaya yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan harga menjadi lebih mahal. Kondisi itu sejalan dengan estimasi penurunan penjualan alat berat tahun ini. UNTR memproyesikan, terjadi penurunan antara 20%-25%. Iwan menjelaskan, tahun ini UNTR menargetkan penjualan alat berat antara 3.900 - 4.000 unit, lebih rendah dibandingkan realisasi penjualan alat berat Komatsu sebanyak 5.270 unit pada tahun lalu. Adapun hingga kuartal I-2024, volume penjualan Komatsu tercatat sebanyak 1.126 unit. Merosot 37,13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan volume penjualan 1.791 unit. Meski ada tekanan pada segmen alat berat, tapi sentimen eksternal dan fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar AS saat ini membawa katalis positif bagi bisnis komoditas UNTR, terutama batubara dan emas.

Ekspansi bisnis

Inilah yang membuat emiten dari Grup Astra ini terus ekspansi. Presiden Direktur United Tractors, Frans Kesuma menegaskan, UNTR tetap mencari peluang akuisisi dalam menunjang diversifikasi UNTR ke bisnis non-batubara. Yakni ke komoditas mineral dan energi terbarukan. "Jika ada potensi, kami akan follow up," tegas Frans. UNTR memang getol menggelar ekspansi. Maret lalu UNTR mengakuisisi Supreme Energy Rantau Dedap dengan nilai transaksi US$ 80,69 juta atau setara Rp 1,26 triliun. Guna menunjang aksi ekspansi tersebut, Iwan menegaskan UNTR memiliki kesiapan dana. Sumber pendanaan itu termasuk berasal dari pihak ketiga atau pinjaman perbankan dengan fasilitas hingga US$ 2 miliar. Sedangkan untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini, UNTR mengalokasikan antara US$ 1,3 miliar - US$ 1,4 miliar. Rinciannya, kontraktor pertambangan US$ 1 miliar. Kemudian US$ 100 juta di infrastruktur batubara, US$ 100 juta untuk tambang emas, dan US$ 100 juta di alat berat. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer memprediksi, potensi perlambatan kinerja UNTR tahun ini. Ada proyeksi penurunan penjualan alat berat dan potensi harga batubara melandai. Untung, sentimen eksternal dan nilai tukar bisa berdampak positif ke komoditas emas. Rekomendasi UNTR adalah trading buy di Rp 25.927.

Sumber : Kontan 25 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)