Perbankan Nasional Masih Tahan Tekanan Global

Kamis, 25 Apr 2024

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) membeberkan hasil uji ketahanan atau stress test terkait kondisi perbankan di tengah ketidakpastian global dan memanasnya konflik Iran dan Israel. Hasilnya, sistem perbankan nasional masih cukup kuat untuk menahan gejolak pasar global yang bisa berimbas ke industri finansial di dalam negeri. Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, hasil stress test yang dilakukan bank sentral menunjukkan ketahanan perbankan dan korporasi tetap kuat dalam menghadapi berbagai tekanan. Kondisi perbankan yang tetap kuat tersebut dapat memitigasi dampak ketidakpastian pasar keuangan global terhadap stabilitas sistem keuangan. "Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) dalam memitigasi berbagai risiko tersebut yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan di dalam negeri," tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu (24/4). Dia menambahkan, saat ini kondisi ketahanan perbankan tecermin dari likuiditas yang cukup memadai, risiko kredit yang menurun, serta permodalan yang kuat.

Likuiditas bank

Likuiditas perbankan nasional yang masih solid tecermin dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) pada Maret 2024 yang terjaga tinggi. Rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) tercatat pada level yang tinggi, yakni sebesar 27,73% pada Februari 2024. Sedang rasio kredit bermasalah perbankan atau non-performing loan (NPL) rendah, yakni sebesar 2,35% (bruto) dan 0,82% (neto). "Ketahanan perbankan yang kuat juga didukung kemampuan membayar korporasi yang terjaga," ungkap Perry. Pertumbuhan kredit perbankan terus meningkat. Pada kuartal I 2024, kredit tumbuh tinggi, yakni sebesar 12,40% secara tahunan atau year-on-year (yoy), yang didorong pertumbuhan kredit di hampir seluruh sektor ekonomi. Dari sisi penawaran, tingginya pertumbuhan kredit ditopang terjaganya appetite perbankan yang didukung permodalan tinggi dan likuiditas memadai. Untuk mencapai target pertumbuhan kredit 2024, kata Perry, perbankan mengoptimalkan pendanaan kredit melalui strategi pengelolaan aset dengan memperhatikan aspek safety, liquidity dan profitability.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI, Teuku Riefky berpendapat, perbankan nasional memang relatif masih mampu bertahan di tengah tekanan pasar global. Namun, setelah BI mengerek suku bunga acuan menjadi 6,25%, sejumlah faktor perlu dicermati, antara lain kenaikan borrowing cost karena berpotensi menekan kentungan (NIM) perbankan seiring kecenderungan masyarakat mengerek tabungan, sehingga penyaluran kredit berpotensi menurun. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto juga menilai, secara umum perbankan masih memiliki daya tahan untuk meredam dampak pasar global. Hanya saja, konsekuensi peningkatan ketidakpastian global ini bisa menekan laju kredit. "Kemungkinan target laju kredit tahun ini akan terkoreksi menjadi di bawah 10%," ucap Eko kepada KONTAN, kemarin.

Sumber : Kontan 25 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)