Menyerok Saham Diskon Anggota Kompas100

Rabu, 24 Apr 2024

JAKARTA. Konflik geopolitik di Timur Tengah hingga ketidakpastian soal suku bunga membuat pasar keuangan bergerak fluktuatif belakangan ini. Di tengah berbagai sentimen negatif itu, masih ada peluang menyerok saham-saham murah yang fundamentalnya bagus. Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi mengatakan, saat ini investor, terutama asing, memang masih wait and see di pasar saham. Aksi jual asing yang masih terjadi menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot hampir 3% dalam satu bulan. Pelaku pasar masih cemas terhadap potensi kenaikan inflasi akibat melonjaknya harga komoditas di tengah konflik geopolitik. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menilai, kenaikan inflasi menyebabkan bank sentral urung menurunkan bunga. Alhasil, potensi arus keluar dana asing masih terjadi. Namun, Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy bilang, dampak Timur Tengah tidak begitu berpengaruh langsung terhadap kinerja emiten.

Tapi, ada sejumlah sektor yang menjadi menarik dalam jangka pendek karena dipoles kenaikan harga komoditas, misalnya saham energi, batubara, dan mineral. Saat ini, sebaiknya pelaku pasar fokus ke saham-saham yang bisa memiliki potensi upside di tengah sentimen ini. Kumpulan 100 saham di Indeks Kompas100 boleh menjadi kriteria buat menyaring saham piihan. Beberapa saham Kompas100 juga punya valuasi murah dan potensi upside lumayan tinggi, bahkan di atas 20%. Oktavianus menyebutkan, jika ada pelonggaran kebijakan moneter, sektor konsumer siklikal berpotensi menguat. Selain itu, saham-saham yang harganya sudah turun lumayan dalam bisa dicermati. Ambil contoh, saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Siloam Hospitals International Tbk (SILO), Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Menurut Oktavianus, saham-saham ini layak diangkut. "Kalau kondisi sudah mulai mereda, saham-saham ini akan menjadi menarik secara valuasi," imbuhnya.

Cuci gudang di bursa

Isfhan menjagokan beberapa saham indeks Kompas100. Misalnya, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Dia merekomendasikan buy ICBP dengan target harga Rp 12.750. Dengan target tersebut, ada potensi kenaikan harga ICBP sebesar 26%. "ICBP punya pasar di Timur Tengah tapi penjualannya tidak terpengaruh oleh konflik," ujar Isfhan. Dia juga melihat PT Sumber Alfaria Tbk (AMRT) bisa dikoleksi dengan target harga Rp 3.250 dan potensi kenaikannya 16%. Isfan juga merekomendasikan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan target harga Rp 2.820 karena memiliki potensi kenaikan 21%. Sedangkan di sektor perbankan, dia menjagokan saham Bank Mandiri (BMRI) punya peluang kenaikan harga 22% ke target harga akhir tahun Rp 8.150, dan Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target Rp 6.475.

Saham emiten Kompas100 lain yang terbilang murah adalah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Ini karena valuasi TLKM sudah menyentuh level 2 standar deviasi di bawah ratarata price earning ratio (PER) 5 tahun di 11,7 kali. Sinarmas Sekuritas merekomendasikan beli saham TLKM dengan target harga Rp 4.200 per saham. Di sini ada peluang kenaikan 30% untuk saham TLKM. "Kami menyarankan investor tetap tenang dan memanfaatkan penurunan harga saham sebagai entry point dengan harga yang terdiskon," imbuh Ishfan. Sedangkan Nico masih menaruh hati pada sektor ritel dan perbankan. Apalagi, harga sahamnya sudah koreksi dalam, sehingga semakin menarik karena memiliki potensi valuasi yang akan datang.Selain AMRT, BBCA, BBNI, BBRI, BBRI, dan ICBP. Dia juga menyukai saham JSMR, MYOR dan TLKM. Lalu, Nico merekomendasikan saham PT Ace Hardware Tbk (ACES) dan PT MAP Aktif Adiperkasa Tk (MAPA). Menurut Nico, sebaiknya mengincar saham-saham tersebut untuk jangka panjang. "Di jangka pendek, melihat sisi teknikal dan sentimen," tandasnya.

Sumber : Kontan 24 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)