JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih tertekan. Pada Senin (22/4), rupiah ditutup di level Rp 16.224 per dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 2,21% dalam sepekan terakhir. Kepala Center of Digital Economy and SMEs Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eisha Maghfiruha mengatakan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS membawa dampak bagi perempuan, terutama ibu rumah tangga sebagai konsumen dan perempuan sebagai pelaku usaha UMKM. Jika melihat dari sisi konsumen, pelemahan rupiah terhadap dolar AS memberikan dampak terhadap biaya pengeluaran yang lebih besar, terutama pada bahan pokok yang ketergantungan impor. "Dalam komponen bahan-bahan pokok juga berasal dari impor. Misalnya beras, tempe karena kacang kedelainya impor dan lain-lain. Untuk ibu-ibu, pasti kalau harga di pasar naik kan teriak-teriak," kata Eisha, dalam acara Diskusi Publik Indef, Sabtu (20/4). Sementara, dari sisi perempuan sebagai pengusaha UMKM, tekanan terhadap rupiah juga berdampak pada kenaikan harga-harga input. Sebab, sebagian besar pelaku UMKM saat ini menjadi penjual ulang (reseller) yang mengambil produknya dari barang luar negeri. "Jadi depresiasi (rupiah) bisa memberikan dampak pada biaya produksi, sehingga nanti ujungnya harga produk akan meningkat kalau tidak bisa menahan biaya beban produksi," ucap dia.
Sumber : Kontan 23 April 2024
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |