Dunia Usaha Dibayangi Inflasi dan Rupiah

Selasa, 23 Apr 2024

JAKARTA. Aktivitas dunia usaha diperkirakan masih menggeliat pada kuartal kedua tahun ini. Namun sejumlah faktor, termasuk pelemahan rupiah dan inflasi, berpotensi menjadi pertimbangan dan turut mempengaruhi kondisi perekonomian dalam jangka pendek. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan, kegiatan usaha periode April hingga Juni 2024 semakin meningkat. Hal ini tecermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 18,94%, atau lebih tinggi dibandingkan realisasi di kuartal I-2024 sebesar 14,11%. Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengatakan, seluruh lapangan usaha diperkirakan tumbuh positif. Terutama pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan seiring bergesernya musim panen dari kuartal I-2024 ke kuartal II-2024. "Khususnya, pada komoditas tanaman pangan di sejumlah wilayah, terutama daerah lumbung pangan nasional, serta tanaman hortikultura dan perkebunan," terang Erwin dalam laporannya, baru-baru ini. Bukan hanya itu, beberapa lapangan usaha juga diperkirakan tumbuh positif pada kuartal kedua tahun ini. Di antaranya, industri pengolahan, perdagangan besar eceran dan reparasi mobil motor, transportasi dan pergudangan, serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Hal ini seiring naiknya permintaan saat Idulfitri serta strategi pemasaran dan promosi.

Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Organisasi, Hukum dan Komunikasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Indonesia Yukki Nugrahawan Hanafi tak menampik, sejumlah tantangan eksternal pada 2024 akan mempengaruhi dunia usaha. Mulai dari perlambatan ekonomi global termasuk China, dampak perubahan iklim, hingga eskalasi geopolitik di Timur Tengah yang mengganggu mata rantai pasok dan memicu kelanjutan inflasi serta era suku bunga tinggi. Namun dia optimistis terhadap konsumsi domestik yang salah satunya tecermin dari Indeks Keyakinan konsumen (IKK) yang masih kuat. "Kami melihat kepercayaan konsumen yang optimistis ini juga ditopang kemampuan daya beli yang kuat," kata Yukki. Selain itu, sejumlah investasi yang masuk pada sektor strategis proyek pemerintah juga bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pihaknya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini berada di level 4,9%-5%. Namun, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira melihat, pelemahan rupiah, juga inflasi, akan membuat pelaku usaha menghitung ulang bisnisnya. Sebab, "Secara psikologis, pelemahan rupiah membuat kelas menengah atas berhati-hati dalam berbelanja, terutama barang kebutuhan sekunder dan tersier," ujar dia.

Sumber : Kontan 23 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)