Surplus Jumbo Gara-Gara Nilai Impor Melorot

Selasa, 23 Apr 2024

JAKARTA. Kinerja impor Indonesia pada Ramadan tercatat merosot. Kondisi ini menyebabkan surplus neraca perdagangan berlanjut, bahkan melonjak signifikan dibanding bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor Maret 2024 sebesar US$ 17,96 miliar, turun 2,60% month on month (mtm). Penurunan itu terutama dipicu impor nonmigas yang pada bulan lalu sebesar US$ 14,63 miliar, turun 5,34%. Penurunan impor nonmigas terjadi di seluruh kelompok penggunaan barang. Koreksi terdalam dialami impor barang modal sebesar 11,26% . Disusul penurunan nilai impor bahan baku/penolong sebesar 0,73% dan nilai impor barang konsumsi yang turun 0,69%. Menilik data BPS, impor enam dari 10 golongan barang utama nonmigas turun secara bulanan. Keenam barang itu adalah mesin mekanis dan bagiannya, plastik dan barang dari plastik, serta kendaraan dan bagiannya. Lalu, bahan kimia organik, ampas dan sisa industri makanan, serta bahan bakar mineral. Sedangkan nilai impor migas US$ 2,98 miliar, justru naik 11,64% mtm. Terutama karena kenaikan pada impor hasil minyak sebesar 16,82% mtm. Secara tahunan, nilai impor Maret 2024 juga turun 12,76% year on year (yoy). Sementara secara kumulatif, impor Indonesia sepanjang kuartal I-2024 tercatat US$ 54,95 miliar, turun tipis 0,1% yoy. Di sisi lain, nilai ekspor RI pada Maret 2024 sebesar US$ 22,43 miliar, naik 16,40% mtm, yang disokong ekspor migas maupun nonmigas. Nilai ekspor migas naik 5,62% mtm dan nonmigas tumbuh 16,31% .

Kinerja ekspor bulan lalu, terutama didorong ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) serta besi dan baja yang masing-masing naik 29,8% dan 27,06% mtm. Sementara ekspor batubara turun 1,13% mtm. Secara tahunan, nilai ekspor RI Maret 2024 turun 4,19% yoy. Sementara sepanjang kuartal I-2024, ekspor turun 7,25% yoy. Alhasil, neraca perdagangan Maret mencatat surplus jumbo mencapai US$ 4,47 miliar. Angka ini merupakan yang tertinggi setelah Februari 2023 senilai US$ 5,48 miliar. Selain itu, "Surplus ini sudah berlangsung selama 47 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (22/4). Global Market Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai, kenaikan terbatas harga minyak mentah saat ini menjadi cermin bahwa pertumbuhan permintaan minyak dunia melambat seiring prospek pertumbuhan ekonomi global yang masih rendah, yakni 3,2% pada tahun ini. Ditambah lagi, "Permintaan minyak dari negara produsen manufaktur utama seperti China maupun Uni eropa belum kuat," kata dia kepada KONTAN, kemarin. Namun ia memperkirakan, neraca perdagangan April masih mencatatkan surplus. Namun, surplusnya tak akan sebesar Maret lantaran terdampak libur panjang aktivitas bongkar muat pelabuhan.

Sumber : Kontan 23 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)