CPO dan Batubara Topang Surplus Neraca Dagang

Senin, 15 Apr 2024

JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan masih bisa surplus selama tiga bulan pertama tahun ini atau kuartal I 2024. Meski demikian, surplus neraca perdagangan berpotensi menyusut. Staf Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto memperkirakan, surplus neraca perdagangan Indonesia akan dipengaruhi pertumbuhan kinerja ekspor. "Perkembangan neraca dagang Indonesia pada periode Maret cenderung masih surplus, meski masih di bawah US$ 1 miliar. Angka sementara berkisar US$ 0,937 miliar (Februari 2024 US$ 0,87 miliar)," tutur Myrdal kepada KONTAN, Minggu (14/4). Menurut dia, peningkatan kinerja ekspor akan dipengaruhi lonjakan nilai ekspor komoditas, terutama batubara dan kelapa sawit yang merupakan produk andalan Indonesia. Ekspor barang mineral seperti emas juga diprediksi naik. Alhasil, kinerja ekspor pada Maret tahun ini berpotensi meningkat 11,46% secara tahunan atau year-onyear (yoy). Sebaliknya, kinerja impor Indonesia diperkirakan turun 3,85% yoy meskipun dalam momentum Ramadan. Hal ini dipengaruhi permintaan masyarakat saat bulan puasa tahun ini yang tidak begitu tinggi.

Dampak Lebaran

Myrdal melihat, pada April tahun ini nilai ekspor maupun impor akan menurun karena periode transaksi perdagangan internasional yang lebih pendek disebabkan adanya libur Lebaran. Selain itu, dengan tren surplus perdagangan yang masih berkisar di bawah US$ 1 miliar, juga akan berpengaruh terhadap kondisi suplai dolar Amerika Serikat di pasar domestik. Akibatnya, nilai tukar rupiah rentan tertekan terhadap dolar AS jika ada capital outflow yang deras lebih dari US$ 1 miliar di bulan tersebut akibat tekanan pasar global. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga memproyeksikan, konsumsi masyarakat pada Ramadan tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, karena kepercayaan konsumen yang tidak terlalu kuat. Ia memperkirakan kinerja impor pada Maret akan terkoreksi 6,73% secara tahunan (yoy), namun tumbuh 4,14% secara bulanan atau month on month (MoM). "Impor secara tahunan melambat karena efek high base di bulan Maret tahun lalu sangat tinggi, dan ekspor volume coal tinggi setelah China reopening," tutur David.

Sementara itu, dari sisi ekspor secara tahunan juga diperkirakan melanjutkan tren perlambatan karena efek high base dari Maret 2023. Kinerja ekspor pada Maret 2024 diperkirakan terkoreksi 10,73% yoy, dan tumbuh 8,27% mom. Meski begitu, David menyebut secara bulanan kinerja impor maupun ekspor mengalami peningkatan. Hal ini dominan karena ekspor sebagian besar harga komoditas juga meningkat secara bulanan, paling tinggi biji coklat yang meningkat 40%, sementara minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) meningkat 9%. Komoditas seperti batubara, minyak, dan sebagian komoditas lainnya juga meningkat. Dengan demikian, David memperkirakan kinerja neraca perdagangan pada Maret 2024 akan mencatatkan surplus US$ 1,7 miliar, lebih tinggi dari Februari 2024 yang mencapai US$ 0,87 miliar. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan neraca perdagangan tercatat surplus sebesar US$ 0,9 miliar pada Februari 2024. Namun angka surplus itu menurun dibandingkan bulan sebelumnya senilai US$ 2 miliar. "Aliran masuk modal asing, khususnya investasi portofolio terus berlanjut sehingga secara kumulatif sepanjang tahun berjalan hingga 18 Maret 2024 tercatat net inflow sebesar US$ 1,4 miliar, meskipun sempat terjadi outflow di Maret 2024," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.

Sumber : Kontan 15 April 2024

 


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)