JAKARTA. Saham-saham yang masuk dalam Papan Pemantauan Khusus (notasi X) tak selamanya punya kinerja keuangan buruk. Contohnya adalah PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO) dan PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN). Kedua emiten ini masuk dalam Papan Pemantauan Khusus pada 31 Januari 2024 karena tidak memenuhi jumlah minimum saham publik alias free float. Dari sisi kinerja, TOTO dan PLIN memperlihatkan pertumbuhan top line dan bottom line yang cukup konsisten selama tahun 2020-2023. TOTO dan PLIN juga berhasil mengubah nasib. Pada 2020, keduanya mencetak rugi bersih. Namun, di tahun-tahun berikutnya, keduanya berhasil menuai laba bersih yang konsisten. (lihat tabel). Selain memperlihatkan kinerja keuangan yang baik, TOTO dan PLIN juga termasuk dalam emiten yang rajin membagi dividen. Berdasarkan data RTI, TOTO dan PLIN selalu menebar dividen setiap tahunnya dari hasil tahun buku 2018 sampai dengan tahun buku 2022. Artinya, kedua emiten ini tetap membagikan dividen meski sempat mencatatkan kerugian pada tahun 2020. Sayangnya, kedua emiten ini belum memenuhi ketentuan free float BEI, maka sahamnya kini masuk ke papan pemantauan khusus yang diperdagangkan dengan periodic call auction. Artinya, harga Persentase free float TOTO dan PLIN saham TOTO yang dimiliki masyarakat dalam bentuk non-warkat (scripless) adalah sebesar 7,29% dan kepemilikan masyarakat berbentuk scripless di PLIN hanya sebesar 2,41%.
Namun pelaku pasar juga mempertanyakan kebijakan BEI, lantaran ada ada emiten yang belum memenuhi minimum free float tapi masih lolos dari Papan Pemantauan Khusus. Sebut saja PT Bank Permata Tbk (BNLI) dan PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS). Merespons hal ini, Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, BNLI dan BMAS sedang berada pada periode refloat setelah dilakukannya mandatory tender offer (penawaran tender wajib). Dari aturan bursa, emiten yang tidak memenuhi free float sebagai akibat dari pelaksanaan penawaran tender wajib diberikan waktu paling lambat 2 tahun untuk dapat memenuhi ketentuan minimum free float. Sementara, emiten yang belum memenuhi ketentuan free float hingga akhirnya masuk ke Papan Pemantauan Khusus, sebelumnya sudah diberikan waktu panjang untuk memenuhi persyaratan ini. "Bursa telah memberikan grace period selama dua tahun bagi emiten untuk dapat memenuhi ketentuan free float dan jumlah pemegang saham hingga 21 Desember 2023," kata Nyoman, Kamis (4/4). Menurutnya, BEI juga telah mengirimkan pengingat dan sosialiasi pemenuhan ketentuan free float dan jumlah pemegang saham kepada emiten. "Penerapan atas pemantauan ketentuan ini dilakukan secara equal treatment kepada seluruh perusahaan tercatat," tegas Nyoman.
Persepsi investor
Pengamat Pasar Modal sekaligus Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih menilai, perdagangan di pasar modal sangat dipengaruhi oleh persepsi. Saat ini, persepsi pelaku pasar terhadap Papan Pemantauan Khusus sangat buruk sehingga saham-saham yang masuk papan pencatatan ini dianggap sebagai saham yang buruk Alfatih menyarankan, sebaiknya, penerapan Papan Pemantauan Khusus dengan skema full periodic call auction ini ditunda dulu. "Ada baiknya dilakukan sosialisasi yang meluas melibatkan asosiasi dan influencer," ucap Alfatih. Di samping itu, kriteria yang membuat suatu saham dapat masuk dalam Papan Pemantauan Khusus juga perlu dibuat lebih baik. Hal ini dilakukan untuk dapat mengakomodasi emiten dengan kinerja keuangan bagus serta rajin membagi dividen, seperti TOTO dan PLIN. Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy juga menilai, ketentuan Papan Pemantauan Khusus ini tidak fair karena ada yang langsung masuk karena tidak memenuhi minimum free float, tetapi ada yang masih diberikan pertimbangan lain sehingga tak masuk. Sebaiknya, jika memang tidak memenuhi free float, apapun alasannya, harusnya sama-sama langsung dimasukkan ke Papan Pemantauan Khusus. "Jika ada kondisi lain yang membuat suatu saham tidak masuk ke Papan Pemantauan Khusus meski tidak memenuhi ketentuan free float, tolong dinyatakan secara eksplisit agar tidak ada yang merasa di-anaktiri-kan," ucap Budi.
Sumber : Kontan 05 April 2024
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |