JAKARTA. Di tengah ketidakpastian global, sejumlah bank sentral mulai memupuk cadangan emas moneter (monetary gold) di awal tahun ini. Berdasarkan data World Gold Council, Bank Sentral Amerika Serikat alias Federal Reserve Banks (The Fed) memiliki cadangan emas yang cukup stabil di sepanjang 2023 hingga saat ini. Pada kuartal IV2023, cadangan emas The Fed tercatat sebesar 8.133,46 ton. Sementara per Maret 2024 sebanyak 8.133,5 ton. Berikutnya, Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) tercatat memiliki monetary gold sebanyak 845,97 ton pada kuartal IV-2023. Di Maret 2024, posisinya juga naik tipis menjadi 846 ton. Selanjutnya, cadangan emas kepunyaan Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBoC) tercatat sebanyak 2.235,39 ton di kuartal IV-2023, kemudian naik menjadi 2.245,3 ton di Maret 2024. Di kawasan Asia Tenggara, monetary gold tertinggi dimiliki oleh Bank Sentral Thailand alias Bank of Thailand (BoT), di mana pada kuartal IV-2023 tercatat sebesar 244,16 ton, dan pada Maret 2024 di posisi 244,2 ton. Sementara monetary gold milik Bank Indonesia (BI) mencapai 78,6 ton, naik tipis dari kuartal keempat tahun lalu yang sebesar 78,57 ton. Adapun cadangan emas milik International Monetary Fund (IMF) pada Maret 2024 tercatat sebanyak 2.814 ton.
Untuk diketahui, cadangan emas moneter adalah persediaan emas yang dimiliki bank sentral, berupa emas batangan yang memenuhi persyaratan internasional tertentu, seperti London Good Delivery (LGD). Selain itu, yang termasuk monetary gold adalah emas murni, serta mata uang emas yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Otoritas moneter yang ingin menambah emas miliknya bisa menambang emas baru atau membeli emas dari pasar, tetapi harus memonetisasi emas tersebut. Sebaliknya, otoritas moneter juga bisa mengeluarkan kepemilikan emas untuk tujuan non moneter, tetapi harus mendemonetisasi emas tersebut. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, setiap bank sentral memiliki pandangan berbeda-beda terhadap pentingnya cadangan emas. "Ada yang tidak mempertimbangkan sama sekali sebagai cadangan devisa seperti Kanada. Ada yang porsi emas dalam cadangan devisanya naik terus seperti China, Rusia, Singapura dan India," kata dia kepada KONTAN. Yang jelas, beberapa faktor penentu menjadikan cadangan emas sebagai salah satu komponen cadangan devisa. Terutama, yang terkait dengan likuiditas dan konvertibilitas. Bukan hanya itu, arah ekonomi, geopolitik hingga dinamika global membawa optimisme pasar terhadap setiap aset keras yang digunakan sebagai cadangan devisa.
Sumber : Kontan 25 Maret 2024
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |