JAKARTA. Kinerja PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) sepanjang tahun 2023 lalu merosot. Emiten yang bergerak di sektor energi dan kimia melalui kilang liquefied petroleum gas (LPG) dan pabrik amonia ini membukukan pendapatan US$ 344,96 juta pada tahun lalu. Jumlah tersebut ambles sedalam 52,84% secara tahunan alias year on year (yoy) dibandingkan pendapatan ESSA pada 2022 senilai US$ 731,49 juta. Mayoritas pendapatan ESSA bersumber dari penjualan amonia dengan pihak berelasi senilai US$ 299,68 juta. Penjualan amonia ESSA pada tahun 2023 merosot 56% yoy dibandingkan capaian US$ 681,36 juta pada tahun 2022. Selain dari penjualan amonia, pendapatan ESSA tahun lalu juga didapat dari pihak ketiga untuk penjualan elpiji senilai US$ 41,48 juta dan jasa pengolahan sebesar US$ 3,79 juta. Setelah dikurangi dengan berbagai pos beban, ESSA cuma mencatatkan laba bersih senilai US$ 34,61 juta pada 2023. Angka ini turun 75,07% dibandingkan laba bersih ESSA pada 2022 yang kala itu mencapai US$ 138,84 juta. Sekretaris Perusahaan ESSA, Shinta D.U. Siringoringo mengatakan, pada tahun 2023 ESSA mencatatkan EBITDA sebesar US$ 123,3 juta, turun 65% yoy. Shinta menjelaskan, penurunan pendapatan ESSA terutama disebabkan oleh harga komoditas yang lebih rendah. "Kemudian, shutdown dalam rangka pemeliharaan terjadwal pabrik amonia yang telah dilaksanakan pada kuartal I-2023," kata Shinta, Senin (5/2).
Shinta melanjutkan, pada tahun 2023 harga realisasi amonia ESSA juga turun 54% yoy menjadi rata-rata US$ 412 per metrik ton. Penurunan harga amonia dimulai pada awal tahun 2023 dan mencapai level terendah pada pertengahan tahun 2023. "Kemudian menunjukkan tren peningkatan di kuartal IV-2023," imbuh Shinta. ESSA memperkirakan harga amonia akan tetap berada di level yang stabil serupa dengan harga tahun 2023. Meskipun pada awal tahun 2024 diprediksi akan terjadi tekanan harga yang dipicu isu geopolitik Timur Tengah dan Kawasan Laut Merah Nurwachidah, Research Analyst Phintraco Sekuritas mengatakan, dengan komponen biaya yang cenderung tetap, laba yang dihasilkan ESSA turun signifikan. "Di sisi lain, beban utang bank yang turun, ikut membantu meringankan kinerja keuangan perusahaan," katanya. Utang bank jangka panjang yang semula US$ 177 juta di tahun 2022 turun menjadi US$ 54 juta di tahun 2023. Sehingga meringankan beban keuangan dari US$ 31 juta di 2022 menjadi US$ 17 juta pada tahun lalu.Di tengah laporan kinerja ini, hitungan Nurwachidah, saham ESSA masih memiliki potensial upside 23,73% atau target harga Rp 625.
Sumber : Kontan 06 Februari 2024
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |