JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melakukan inovasi, termasuk dalam mengukur risiko di masa mendatang. Salah satu upayanya, bank sentral menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk melihat prospek pergerakan nilai tukar rupiah ke depan. "Setiap bulan kami melakukan pemantauan itu. Bahkan kami menggunakan AI, untuk melihat probabilitas yang terjadi pada rupiah," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo, akhir pekan lalu. Berdasarkan asesmen terkini, Perry melihat prospek yang lebih baik bagi pergerakan nilai tukar rupiah di semester II-2024. Kondisi tersebut sejalan dengan adanya potensi penurunan suku bunga kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed dan potensi penurunan indeks dolar AS.
Pada Jumat (3/2) lalu, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 15.655 per dolar AS. Posisi rupiah masih melemah 1,56% dibandingkan posisi akhir tahun 2023 yang berada di level Rp 15.415 per dolar AS. Sementara itu, saat ini indeks dolar AS bergerak di kisaran 103, membaik dibandingkan tahun lalu yang bergerak di kisaran 105, bahkan mendekati level 107. Namun, pada paruh kedua tahun ini, bank sentral meyakini indeks dolar Amerika Serikat berpotensi turun ke level 101 atau bahkan di bawah 100. Meski terbantu dengan adanya AI, Perry menegaskan bank sentral juga tetap menggunakan matriks dan model ekonomi. "Tetap pakai model dan matriks ekonomi dulu untuk melakukan perkiraan, baru AI," ucap Perry.
Sumber : Kontan 05 Februari 2024
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |