JAKARTA. Di saat ketidakpastian global masih tinggi, utang perusahaan pelat merah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) patut dicermati mengingat nilainya yang sangat jumbo. Berdasar data terakhir Kementerian BUMN, utang seluruh perusahaan pelat merah mencapai Rp 1.659 triliun pada akhir 2022. Nilai itu meningkat 5% dari tahun sebelumnya. Sedangkan modal dari seluruh BUMN hanya Rp 1,225 triliun. Bank-bank BUMN, alias bank anggota Himbara, bakal paling terpapar risiko bila utangutang BUMN itu menjadi bermasalah. Bank Himbara sudah mengalami ini kala berhadapan dengan kredit macet BUMN Karya. Perbankan harus merestrukturisasi kredit sejumlah BUMN Karya, seperti PT Waskita Karya Tbk. Jumat lalu (8/12), Kementerian BUMN menyetujui skema restrukturisasi utang emiten berkode WSKT tersebut. Porsi utang BUMN di bank pelat merah saat ini cukup besar. Bank Mandiri mencatat kredit ke pihak berelasi Rp 226,1 triliun per September 2023, atau 17,6% dari total kreditnya. Utang pihak berelasi di BNI sebesar Rp 119,7 triliun, 17,7% dari total kredit. Di BRI, utang BUMN mencapai sekitar Rp 78,16 triliun.
PLN tercatat memiliki utang terbesar di antara BUMN debitur di BRI. Nilai utangnya Rp 10,61 triliun. Urutan kedua ditempati Bulog dengan utang mencapai Rp 10,14 triliun. Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengakui outstanding kredit BRI ke BUMN naik 23% secara tahunan per September 2023. Penyebabnya, BRI mendukung berbagaiagenda pemerintah. "Pemerintah meningkatkan impor beras sebagai antisipasi inflasi akibat dampak El Nino," kata dia, Sabtu (9/12). Tapi, Agus mengklaim kualitas kredit BRI ke BUMN masih aman. Rasio non performing loann(NPL) BUMN ada di level 0,01% dengan posisi loan at risk (LAR) sebesar Rp 11,07 triliun atau 14,43%. LAR itu didominasi oleh sektor aviasi dan konstruksi.
LAR turun
Untuk mengantisipasi risiko, BRI melakukan pencadangan. Agus menyebut, coverage LAR mencapai 76%. Ia memprediksi LAR bakal turun tahun depan dan biaya kredit akan ada di level 2,4%. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Ali Usman mengungkap, kualitas aset Bank Mandiri tercatat cukup baik. NPL per September ada di 1,36% dan LAR sudah turun ke level 9,87% dari 12,1% pada akhir 2022 lalu. Hanya saja, ia tidak merinci kualitas aset kredit ke BUMN secara khusus. Untuk mengantisipasi risiko pemburukan aset, Bank Mandiri juga sudah melakukan pencadangan 339,61% terhadap NPL yang dimiliki. Ali optimistis kualitas aset Bank Mandiri akan membaik. Menurut Pengamat Perbankan dari Universitas Indonesia Budi Frensidy, posisi utang yang besar tidak menjadi persoalan asal perusahaan BUMN terkait memiliki arus kas baik dan sanggup membayar angsuran dan bunga kredit dengan lancar. Namun, utang itu akan menjadi masalah jika BUMN tersebut mengalami gangguan arus kas. Kondisi ini mengharuskan bank melakukan restrukturisasi dan memupuk pencadangan piutang tak tertagih. Namun, Budi melihat, selalu ada solusi bagi BUMN yang terbebani utang."BUMN umumnya didukung penyertaan negara kalau mengalami kesulitan keuangan," ujar.dia. Senior Vice President LPPI, Trioksa Siahaan, mengatakan utang jumbo tak ada masalah sepanjang BUMN terkait memiliki track record pembayaran utang yang baik dan kinerja keuangannya solid. Ia menilai, yang harus diwaspai adalah pemberian kredit ke perusahaan dengan rekam jejak buruk. "Bank perlu mengantisipasi kenaikan risiko dengan memupuk pencadangan," kata dia.
Sumber : Kontan 11 Desember 2023
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |