Teknologi Energi Bersih Ciptakan Pertumbuhan

Jumat, 13 Jan 2023

PARIS, ID – Badan Energi Internasional (IEA) merilis laporan baru pada Kamis (12/1/2023) tentang kondisi dunia yang sedang bergerak ke zaman baru yang menggunakan teknologi manufaktur bersih. Teknologi ini diklaim bernilai ratusan miliar dolar per tahun di akhir dekade ini dan mampu menghasilkan jutaan lapangan pekerjaan dalam prosesnya. Dalam pernyataan, IEA menjelaskan bahwa hasil analisisnya menunjukkan pasar global untuk teknologi energi bersih yang diproduksi secara massal bakal bernilai sekitar US$ 650 miliar per tahun pada 2030 atau naik lebih dari tiga kali lipat dari level saat ini. Laporan IEA berjudul “Energy Technology Perspectives 2023” - yang mengacu pada fajar era industri baru – tersebut mengamati pembuatan teknologi-teknologi, termasuk turbin-turbin angin, pompa-pompa panas, baterai untuk kendaraan listrik, panel-panel surya dan elektroliser untuk hidrogen. Di sisi lain ada peringatan terhadap perkiraan IEA yang berbasis di Paris. Hal ini mengingat proyeksi didasarkan pada negara-negara di seluruh dunia yang menerapkan janji sepenuhnya terkait energi dan iklim – sebuah tugas penting yang akan membutuhkan kemauan politik dan kekuatan finansial. “Lapangan pekerjaan di manufaktur energi bersih terkait bakal meningkat lebih dari dua kali lipat dari 6 juta hari ini menjadi hampir 14 juta pada 2030. Pertumbuhan industri dan lapangan kerja yang lebih cepat diharapkan terjadi dalam beberapa dekade berikutnya seiring kemajuan transisi,” demikian diungkapkan IEA yang dilansir CNBC. Terlepas dari hal-hal di atas, IEA juga mencatat ada potensi hambatan terkait dengan rantai pasokan. Masalah lama ini kerap meningkatkan ketegangan geopolitik, dan pandemi virus corona telah memberikan bantuan besar dalam beberapa tahun terakhir.

Laporan IEA turut menyoroti tingkat konsentrasi yang berpotensi berisiko dalam rantai pasokan energi bersih, baik untuk pembuatan teknologi maupun bahan yang menjadi tumpuannya. Ditambahkan oleh IEA, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) telah mendominasi produksi dan perdagangan sebagian besar teknologi energi bersih. Ketika sampai pada teknologi yang diproduksi massal, seperti baterai, panel surya, angin, pompa panas, dan elektroliser, IEA menyebutkan tiga negara produsen terbesar yang mewakili setidaknya 70% dari kapasitas produksi untuk setiap teknologi. Di mana Tiongkok mendominasi di semua teknologi tersebut. “Sementara itu, sebagian besar penambangan untuk mineral penting terkonsentrasi di sejumlah kecil negara. Semisal, Republik Demokratik Kongo memproduksi lebih dari 70% kobalt dunia, dan hanya tiga negara – Australia, Cile dan Tiongkok – yang menyumbang lebih dari 90% produksi litium global,” demikian menurut laporan. Menanggapi laporan tersebut, Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan bahwa bumi akan mendapat manfaat dari rantai pasokan teknologi bersih yang lebih beragam. “Seperti yang telah kita lihat dengan ketergantungan Eropa pada gas Rusia. Di saat Anda terlalu bergantung pada satu perusahaan, satu negara atau satu rute perdagangan maka Anda berisiko membayar harga yang mahal jika ada gangguan,” ujar dia. Sebagai informasi, pernyataan tersebut bukan kali pertama untuk Birol membahas tentang pergeseran dimensi geopolitik dunia ke masa depan yang berpusat pada teknologi rendah karbon. Sebelumnya pada Oktober tahun lalu, Birol menyampaikan pada CNBC bahwa pendorong utama investasi energi bersih adalah keamanan energi daripada perubahan iklim.

Sumber: Investor Daily 13 Januari 2023


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)