Ekonomi Dunia Melambat Tajam dan Bertahan Lama

Rabu, 11 Jan 2023

WASHINGTON, ID - Bank Dunia dalam laporan terbaru Prospek Ekonomi Global, Selasa (10/1/2023) di Washington, Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa pertumbuhan global tahun ini melambat hingga hampir mendekati resesi. Alhasil, Bank Dunia memangkas perkiraan ekonomi global 2023 karena tiga faktor utama, yaitu inflasi tinggi, kenaikan suku bunga, dan invasi Rusia ke Ukraina. Kalangan ekonom sebelumnnya telah mengingatkan bahwa kemerosotan ekonomi dunia ini dikarenakan seluruh berjuang melawan kenaikan biaya-biaya dan bank sentral yang secara bersamaan menaikkan suku bunga untuk meredam permintaan. Pada saat yang sama, kondisi keuangan memburuk di tengah eskalasi perang di Ukraina. Perkiraan terbaru Bank Dunia menunjukkan perlambatan tajam dan bertahan lama akan dialami oleh ekonomi dunia. Sehingga proyeksi pertumbuhan 2023 dipatok 1,7%. Atau kira-kira separuh dari yang diprediksikan pada laporan sebelumnya pada Juni 2023. Angka proyeksi pertumbuhan terbaru itu adalah salah satu yang terlemah dalam hampir tiga dekade. Hanya lebih baik dari penurunan akibat pandemi pada 2020 dan krisis keuangan global pada 2009. “Mengingat kondisi ekonomi yang rapuh, setiap perkembangan baru yang merugikan dapat mendorong ekonomi global ke dalam resesi,” kata Bank Dunia, seperti dikutip AFP.

Hal itu termasuk inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, lonjakan suku bunga yang tiba-tiba untuk meredam kenaikan harga-harga, atau bila pandemi muncul lagi. “Saya prihatin, sangat prihatin bahwa pelambatan dapat berlanjut,” ujar Presiden Bank Dunia David Malpass kepada wartawan, Selasa. Di AS, pertumbuhan kemungkinan melambat jadi 0,5% pada 2023. Sedangkan zona euro menuju stagnasi karena masih berjuang memerangi gangguan pasokan energi dan kenaikan harga terkait invasi Rusia. Sementara ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh 4,3% tahun ini, 0,9 poin di bawah ekspektasi sebelumnya, sebagian karena gangguan pandemi dan kelemahan di sektor properti. “Prospeknya sangat menghancurkan bagi banyak ekonomi termiskin, yang mana pengentasan kemiskinan telah terhenti. Negara-negara pasar berkembang dan sedang berkembang menghadapi periode multi-tahun pertumbuhan yang lambat didorong oleh beban utang yang berat dan investasi yang lemah,” tambah Malpass. Ayhan Kose, kepala unit perkiraan Bank Dunia mengatakan, dalam jangka pendek pihaknya mencermati kemungkinan tekanan keuangan, jika suku bunga naik lebih tinggi di tingkat global. “Jika ini terjadi dan inflasi tetap bertahan, bisa memicu resesi global,” katanya. Dan jika kondisi pembiayaan semakin ketat, kemungkinan akan ada lebih banyak krisis utang tahun ini.

Sumber: Investor Daily 11 Januari 2023


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)