Pemakaman Paus Benediktus Akan Berlangsung Sederhana dan Khusyuk

Senin, 02 Jan 2023

KOTA VATIKAN, ID – Mantan Paus Benediktus akan dimakamkan di Vatican Grottoes atau Gua Vatikan yang terletak di bawah gereja St. Peter’s Basilica (Basilika Santo Petrus) – di mana lebih dari 90 paus telah disemayamkan. Proses pemakaman Paus Benediktus pun dijadwalkan berlangsung sederhana dan khidmat sesuai wasiat Paus Benediktus. “Dengan sedih saya menginformasikan kepada Anda bahwa Paus Emeritus, Benediktus XVI, meninggal dunia hari ini pukul 09.34 di Biara Mater Ecclesiae di Vatikan. Mengikuti keinginan Paus Emeritus, pemakaman akan berlangsung secara sederhana,” ungkap Juru bicara Vatikan Matteo Bruni, seraya menambahkan bahwa kebaktian akan berjalan khusyuk dan tenang. Menurut otoritas Vatikan, jenazah Paus Benediktus akan disemayamkan mulai Senin (2/1/2023) di Basilika Santo Petrus. Sementara itu, proses pemakaman bakal dipimpin Paus Fransiskus pada Kamis (5/1/2022) pagi di lapangan yang sama di mana Benediktus memimpin misa pemakaman untuk pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II pada 2005. Paus Emeritus Benediktus XVI atau Kardinal Joseph Ratzinger dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu (31/12/2022) di usia ke-95 tahun. Ia tutup usia di bekas biara tempat dia tinggal sejak pengunduran dirinya yang mengejutkan pada 2013. Sebagai informasi, Paus Emeritus Benediktus XVI adalah paus pertama dalam 600 tahun yang mengundurkan diri. Ia dikenal sebagai sosok pembawa standar bagi kaum konservatif yang mendambakan Gereja yang lebih tradisional. Kepergiannya diklaim mengakhiri periode luar biasa di mana dua paus tinggal di Vatikan. Dalam pernyataan pertamanya di depan umum pasca kematian Paus Benediktus, Paus Fransiskus mengatakan Gereja dan dunia telah kehilangan seorang yang mulia dan lembut. Lonceng-lonceng pun berdentang di penjuru Roma menyampaikan kabar kematiannya, menyusul kondisi kesehatannya yang turun dengan cepat selama Natal. Kabar tersebut menyebar ke seluruh umat Kristiani pada hari musim dingin yang luar biasa hangat. Banyak yang pergi berdoa di Lapangan Santo Petrus setelah mendengar berita itu. “Sekarang kita hanya akan memiliki satu paus. Saya harus mengatakan bahwa Paus Ratzinger adalah seorang paus yang karismatik, rendah hati tetapi di atas segalanya adalah seorang teolog yang hebat,” unhkap seoang wisawatan asal Prancis, Emilie Gaillard, yang dilansir Reuters.

Kabar kematian Paus Benediktus – yang merupakan paus Jerman pertama dalam 1.000 tahun – langsung menuai ucapan bela sungkawa dari para pemimpin. “Kami berduka atas kematian Paus Bavaria kami,” kata Markus Soeder, perdana menteri negara bagian asal Benediktus. Kanselir Jerman Olaf Scholz juga mencuit di Twitter bahwa dunia telah kehilangan “sosok formatif Gereja Katolik”. Sedangkan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni memuji Benediktus sebagai “orang hebat yang tidak akan dilupakan sejarah. Presiden Polandia Andrzej Duda menyebutnya sebagai “salah satu teolog terbesar abad ke-20 dan ke-21”. Sementara itu Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, Benediktus telah “bekerja dengan segenap jiwa dan kecerdasannya untuk dunia yang lebih bersaudara”. Raja Charles dari Inggris pun mengungkapkan momen pertemuannya dengan Benediktus yang penuh rasa sayang. Ia mencatat “usahanya yang terus-menerus untuk mempromosikan perdamaian dan niat baik kepada semua orang, dan untuk memperkuat hubungan antara Komuni Anglikan global dan Gereja Katolik Roma.” Terkait pemakaman, otoritas Vatikan mengatakan para delegasi resmi pemerintah yang hadir di pemakaman akan dibatasi, hanya dari Jerman dan Italia – di mana ini sehubungan dengan asal usul mendiang Paus Benediktus. Sedangkan pejabat lain dapat hadir dalam kapasitas pribadi. Sebelumnya Paus Fransiskus sempat mengungkapkan pada Rabu (28/12/2022) bahwa pendahulunya menderita sakit parah. Bruni pun menambahkan Paus Benediktus telah menerima ritus terakhir – yang dahulu dikenal sebagai Pengurapan Ekstrim dan sekarang disebut pengurapan orang sakit – pada hari yang sama.

Selama hampir 25 tahun, sebagai Kardinal Ratzinger, Benediktus adalah kepala kantor doktrinal Vatikan yang berkuasa – yang saat itu dikenal sebagai Kongregasi Ajaran Iman (Congregation for the Doctrine of the Faith/ CDF) dan dianggap sebagai salah satu teolog terbesar Gereja. Dalam peran itu, dia menghancurkan perbedaan pendapat para Teolog Pembebasan, dengan mengatakan bahwa mereka mencampurkan pemikiran Marxis dan Kekristenan. Ia kemudian terpilih sebagai paus pada 19 April 2005 untuk menggantikan Yohanes Paulus, yang kepopulerannya bertahan selama 27 tahun. Kardinal memilih Ratzinger dari antara yang mencari kesinambungan dan yang disebut sepasang tangan yang aman. Deretan skandal pelecehan anak menghantui sebagian besar masa kepausannya, tetapi dia dipuji karena memulai proses untuk mendisiplinkan atau memecat pendeta pemangsa, menyusul sikap yang lebih longgar di bawah pendahulunya. Di sisi lain, Benediktus sendiri mengakui bahwa dia adalah seorang administrator yang lemah serta kurang bertekad dalam mengatur dan mengambil keputusan selama delapan tahun kepausannya yang ditandai dengan salah langkah, khususnya dalam hubungan dengan Islam dan Yudaisme. Setahun sebelum pengunduran diri Paus Benediktus yang didominasi oleh skandal “Vatileaks”, yakni ketika dokumen-dokumen pribadi kepausan muncul di media, Vatikan menunjukkan disfungsional yang terbelah dengan perselisihan internal, korupsi, dan perseteruan.

Paus Benediktus mengumumkan pengunduran dirinya dalam bahasa Latin dalam pertemuan rutin para kardinal. Banyak yang tidak tahu apa yang dia katakan dan butuh waktu sebelum kabar itu tenggelam. Ia mengatakan tidak lagi cukup kuat untuk memimpin Gereja karena “usianya yang lanjut”. Setelah pengunduran dirinya, dia menempatkan dirinya di sebuah biara yang telah diubah di tanah Vatikan dan memilih gelar “paus emeritus”. Meskipun mengatakan bakal tetap menutup diri dari dunia” di masa pensiunnya, tindak-tanduk Benediktus terkadang menimbulkan kontroversi dan menyebarkan kebingungan melalui tulisan dan wawancaranya. Walaupun jarang tampil di depan umum, kaum konser vatif Katolik memandang mantan paus itu sebagai pembawa standar mereka dan beberapa ultra-tradisionalis bahkan menolak mengakui Fransiskus sebagai paus yang sah. Bahkan mereka mengkritik Fransiskus karena pendekatannya yang lebih ramah kepada anggota komunitas LGBTQ+ serta kepada umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi di luar Gereja. Yang mana hal itu dianggap telah merusak nilai-nilai tradisional. Terlepas dari kesulitan yang muncul karena memiliki dua pria berbaju putih di Vatikan, Fransiskus mengembangkan hubungan yang hangat dengan Benediktus. Fansiskus bahkan mengungkap rasanya seperti memiliki seorang kakek yang tinggal di rumah tersebut.

Sumber: Investor Daily 2 Januari 2023


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)