Sekitar 5.000 WNI di Qatar Bekerja di Sektor Migas

Kamis, 29 Dec 2022

DOHA, ID— Tidak seperti di negara lain, sekitar 5.000-an orang Warga Negara Indonesia (WNI) di Qatar adalah profesional yang bekerja di sektor minyak dan gas (migas). Ditambah keluarga, jumlah mereka mencapai 15.000 orang.  Di negeri yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, WNI jumlahnya mencapai sekitar 22.000 orang.

 

“Kita bangga juga melihat banyak orang Indonesia menjadi profesional di perusahaan minyak dan gas,” kata Dubes Indonesia untuk Qatar Ridwan Hassan kepada Investor Daily di Doha, Selasa (20/12). WNI lainnya bekerja di sektor jasa transportasi dan perdagangan. Ada asisten rumah tangga sekitar 4.000 orang dan lainnya mahasiswa, termasuk yang mendapat bea siswa dari pemerintah Qatar. Di Qatar, kata Ridwan, terdapat sejumlah kampus setara Eropa dan AS. Selain mengirimkan mahasiswa ke luar negeri, pemerintah Qatar mendatangkan pendidik terbaik dari berbagai negara maju. “Cukup beruntung mahasiswa Indonesia belajar di sini,” ujar Dubes. Qatar adalah produsen gas nomor lima di dunia dengan produksi 177 miliar meter kubik per hari (billion cubic meter/bcm) dan produsen minyak nomor 14 di dunia dengan produksi 1,7 juta barel per hari (bph). Meski sektor lain —seperti properti, jasa perdagangan, infrastruktur,  transportasi udara, dan pariwisata— mencatat kemajuan cukup signifikan, kontribusi migas terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 60%.  PDB Qatar pada tahun 2021 sebesar US$ 179,57 miliar. Data Bank Dunia juga mencatat, pendapatan per kapita negara dengan penduduk  2,7 juta itu sebesar US$ 55.920.  PDB per kapita sangat tinggi karena yang menjadi penyebut bukan seluruh penduduk, melainkan hanya sekitar 400.000 penduduk yang merupakan warga negara Qatar. Indonesia saat ini berpenduduk 276 juta dengan PDB per kapita sekitar US$ 4.000. Dari 2,7 juta penduduk, yang menjadi warga negara Qatar hanya sekitar 400.000 orang. Selebihnya adalah pendatang. Pemerintah Qatar membuka lapangan pekerjana seluas-luasnya kepada orang asing dari berbagai negara untuk bekerja di berbagai sektor usaha di negerinya, mulai dari pendidikan tinggi hingga pekerjaan yang lebih mengandalkan keterampilan fisik.

Migas adalah tulang punggung ekonomi Qatar dan sektor inilah yang banyak dimasuki oleh WNI. “Yang bekerja di sektor migas di Qatar tidak saja mereka yang sudah purna bhakti dari Permina dan perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia. Tapi, juga ana-anak muda,” jelas  Ridwan. Belajar dari negara lain yang sudah menjadi net oil importer dan kekayaan sumber daya alam menjadi kutukan, pemerintah Qatar gencar melakukan diversifikasi usaha. Paling menonjol adalah pembangunan infrastruktur besar-besaran dan penguatan maskapai penerbangan Qatar Airways  untuk menjadikan Qatar “hub” bagi penerbangan internasinal dan Doha sebagai kota jasa hiburan dan olahraga. Padahal, cadangan migasnya masih besar dan baru akan habis 125 tahun akan datang.  Cadangan minyak Qatar 25,2 miliar barel, diproduksi 1,75 juta bph. Sedang cadangan gas 24,7 triliun meter kubik (tcm) dan produksi gas 177 bcm. Bandingkan, cadangan minyak bumi Indonesia 3,9 miliar barel dan cadangan gas alam sebesar 34,64 triliun kaki kubik (tcf). Selain membuka  kesempatan bagi perusahaan migas asing, Qatar memperkuat BUMN-nya, yakni Qatar Energy (dahulu Qatar Petroleum). Pada tahun 2021, Qatar Energy menjadi perusahaan gas terbesar kelima di dunia. Pada tahun 2020, perusahaan dengan aset  US$ 116 miliar ini meraih pendapatan US$ 21 miliar setara Rp 325 triliun pada kurs Rp 15.500 per dolar AS dan laba bersih US$ 7,9 miliar atau setara Rp 122,4 triliun. Sebagai bandingan, pada 2021, Pertamina meraih  pendapatan US$ 57,51 miliar dengan laba bersih US$2,05 miliar. Dalam rupiah, pendapatan Pertamina tahun 2021 sebesar Rp 851,1 triliun dan laba bersih Pertamina Rp 29,3 triliun. Pendapatan Pertamina lebih besar, antara lain, karena kegiatan besar di hilir sebagai penyalur BBM subsidi. Sedang laba bersih lebih kecil, antara lain, karena besarnya biaya penyaluran BBM. Pemerintah Qatar juga memiliki Qatar Petrochemical Co, perusahaan pertama di  negara Teluk Persia yang membangun industri petrokimia sendiri. Qatar Petrochemical Co merupakan  perusahaan patungan antara Qatar Petroleum  (84%) dan CdF (Chimie de France). Pemerintah Qatar juga memiliki  Qatar Fertilizer Co, Qatar Chemical Co, dan Qatar Viny Co.   Qatar kini berupaya mendominasi produksi global gas alam cair (LNG) melalui proyek ekspansi Lapangan Utara.  Qatar berusaha meningkatkan produksi LNG dari 77 juta ton menjadi 110 juta ton pada tahun 2025, meningkat 43%.  Tahap selanjutnya,  produksi LNG Q akan ditingatkan  menjadi 126 juta ton pada tahun 2027.  Dalam menangani proyek LBG, Qatar, antara lain, merangkul   Shell, ExxonMobil, ConocoPhillips, Eni, dan TotalEnergies.

Qatar boleh dibilang negeri para imigran. Dengan jumlah warga negara yang hanya sekitar 400.000 atau 12% dari total penduduk, Qatar sesungguhnya adalah negeri para pendatang. Penduduk yang bukan warga Qatar mencapai 2,3 juta atau 88%. Ada lagi satu keunikan: sekitar 75% penduduk Qatar adalah laki-laki. Keunikan lain, 82% atau 2,2 juta penduduk tinggal di Doha, ibukota negara,  dan 99% lebih tinggal di perkotaan.  Kota terbesar kedua adalah Al Wakrah dengan penduduk sekitar 88.000 orang.  Kota ini berkembang pesat sejak awal abad ke-21. Mesaieed merupakan  kota terbesar ketiga  dengan penduduk sekitar 35.000 orang.  Penduduk Qatar saat ini tumbuh sekitar 1,73% per tahun dengan tingkat urbanisasi 2,41% per tahun. “Imigran terbesar adalah dari IPB, yakni India, Pakistan, dan Bangladesh,” kata Ridwan.   Kementerian Pembangunan, Perencanaan dan Statistik (MDPS) mengungkapkan, pada Desember 2010, Qatar berpenduduk 1,6 juta jiwa. Lonjakan penduduk hingga 2,7 juta adalah akibat masuknya imigran untuk bekerja di berbagai perusahaan di Qatar. Umumnya, mereka adalah buruh yang bekerja di perusahaan konstruksi. Untuk mempersiapkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia, ada tambahan imigran sekitar 500.000.  Penduduk Qatar berbahasa resmi bahasa Arab dan Inggris dijadikan bahasa kedua.  Sekitar 67% penduduk Qatar beragama Islam.  Sisany, Kristen 13,8%, Hindu 13,8%, Budha 3,1%, agama rakyat 0,1%, agama Yahudi 0,1%, dan agama lain 0,7 %,. “Hebatnya, Qatar tetap memelihara tradisi mereka meski mayoritas penduduk adalah pendatang,” kata CEO PT Adaro Energy Tbk Garibaldi (Boy) Thohir di Doha pekan lalu.  Para pendatang boleh berbusana apa saja sepanjang sopan. Penduduk asli juga diberikan kebebasan. Tapi, masih banyak perempuan penduduk asli memakai hijab dan pria mengenakan baju gamis.

Sumber: Investor Daily 29 Desember 2022


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)