Putin Larang Ekspor Minyak

Kamis, 29 Dec 2022

MOSKOW, ID – Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (27/12/2022) malam waktu setempat menyampaikan respons yang sudah dinanti-nantikan, terkait pembatasan harga minyak Rusia oleh Barat. Putin menandatangani dekrit yang melarang pasokan minyak mentah dan produk turunannya mulai 1 Februari 2023 selama lima bulan, bagi negara-negara yang mengikuti keputusan pembatasan harga itu.

Keputusan Putin telah dirilis di portal pemerintah dan situs laman Kremlin sebagai respons langsung atas tindakan tidak bersahabat dan bertentangan dengan hukum internasional oleh Amerika Serikat dan negara asing serta organisasi internasional yang bergabung dengan mereka. “Pengiriman minyak dan produk minyak Rusia ke entitas dan individu asing dilarang, dengan syarat bahwa dalam kontrak untuk pasokan ini, penggunaan mekanisme penetapan harga maksimum secara langsung atau tidak langsung dipertimbangkan. Larangan yang ditetapkan berlaku untuk semua tahap pasokan hingga pembeli akhir,” demikian bunyi keputusan, yang merujuk secara khusus pada Amerika Serikat dan negara asing lainnya yang telah memberlakukan batasan harga, yang dilansir Reuters pada Rabu (28/12/2022). Dekrit yang mencakup klausul yang memungkinkan Putin membatalkan larangan tersebut dalam kasus-kasus khusus, menyatakan mulai berlaku pada 1 Februari 2023 dan hingga 1 Juli 2023. Ekspor minyak mentah akan dilarang mulai 1 Februari 2023. Tetapi tanggal larangan produk minyak bakal ditentukan oleh Pemerintah Rusia dan bisa jadi berlaku setelah 1 Februari 2023. Seperti diberitakan, negara-negara anggota kelompok G7, Uni Eropa (UE) dan Australia pada bulan ini telah menyepakati batas harga US$ 60 per barel untuk minyak mentah lintas laut Rusia, yang berlaku efektif pada 5 Desember 2022. Pembatasan ini sebagai upaya menghentikan kegiatan yang disebut Rusia sebagai operasi militer khusus di Ukraina. Batas itu sendiri sebenarnya mendekati harga minyak Rusia saat ini, tetapi angkanya masih jauh di bawah harga windfall yang dapat dijual Negeri Beruang Merah untuk 2022 dan kondisi itu membantu mengimbangi dampak sanksi keuangan terhadap Rusia. Sebagai informasi, Rusia adalah pengekspor minyak terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi, dan gangguan besar terhada penjualan minyaknya bakal berdampak jauh terhadap pasokan energi global.

Batas harga – yang tidak terlihat bahkan di masa Perang Dingin antara Barat dan Uni Soviet – itu bertujuan melumpuhkan pundi-pundi negara Rusia dan upaya militer Rusia di Ukraina. Beberapa analis mengatakan, pembatasan hanya berdampak kecil pada pendapatan minyak yang saat ini diperoleh Rusia. Namun, Menteri Keuangan Anton Siluanov mengatakan pada Selasa bahwa defisit anggaran Rusia bisa lebih besar dari yang direncanakan, yakni 2% dari produk domestik bruto (PDB) untuk 2023. Pasalnya, batas harga minyak dapat menekan pendapatan ekspor dan menjadi rintangan fiskal tambahan. Apalagi mengingat, Rusia sedang menggelontorkan anggaran untuk operasi militernya di Ukraina. Rusia sendiri telah berjanji untuk menanggapi secara resmi selama berminggu-minggu, dan keputusan akhirnya sebagian besar menetapkan apa yang telah dikatakan oleh para pejabat secara terbuka. Pembatasan harga oleh G7 memungkinkan negara-negara non-Uni Eropa untuk terus mengimpor minyak mentah Rusia melalui laut, tetapi itu akan melarang perusahaan pengapalan, asuransi, dan reasuransi menangani kargo minyak mentah Rusia di seluruh dunia, kecuali jika dijual kurang dari batas harga. Di samping itu, negara-negara UE secara terpisah menerapkan embargo yang melarang mereka membeli minyak Rusia melalui laut. Tercatat, minyak Ural Rusia diperdagangkan di atas US$ 56 per barel pada Selasa, di bawah level batas harga. Sedangkan minyak mentah Brent bergerak sedikit lebih tinggi karena berita tersebut dan naik 1,4% menjadi US$ 85,1 per barel pada 17.43 GMT.

Sumber: Investor Daily 29 Desember 2022


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)