Defisit Anggaran Rusia karena Pembatasan Harga Minyak

Rabu, 28 Dec 2022

MOSKOW, ID – Menteri Keuangan (Menkeu) Anton Siluanov menyampaikan bahwa defisit anggaran Rusia dapat lebih besar dari yang direncanakan, yakni 2% dari produk domestik bruto (PDB) di 2023. Defisit ini disebabkan oleh pembatasan harga minyak yang menekan pendapatan ekspor dan menjadi rintangan fiskal tambahan. Apalagi mengingat, Negeri Beruang Merah itu sedang menggelontorkan anggaran untuk kegiatan militernya di Ukraina. Pernyataan Siluanov tersebut mewakili pengakuan terang-terangan Rusia bahwa pembatasan harga minyak sebesar US$ 60 per barel yang diberlakukan pada 5 Desember oleh kelompok G7, Uni Eropa (UE) dan Australia – dengan tujuan membatasi kemampuan Rusia untuk mendanai kampanye militer – memang dapat memukul keuangan negara. Pekan lalu, Pemerintah Rusia mengatakan bahwa harga-harga pada produk mentah dan olahan bisa membuatnya memangkas produksi minyak sebesar 5% -7% di awal tahun depan. Tetapi terlepas dari seberapa dalam pemotongan itu, Siluanov menuturkan komitmen belanja bakal dipenuhi dengan memanfaatkan pasar utang dan cadangan uang negara sesuai kebutuhan. “Apakah mungkin defisit anggaran yang lebih besar? Itu mungkin, jika pendapatan lebih rendah dari yang direncanakan. Apa risikonya tahun depan? Risiko harga dan pembatasan,” ujar Siluanov kepada wartawan dalam komentar yang dipublikasikan pada Selasa (27/12/2022), yang dilansir Reuters. Presiden Vladimir Putin sendiri pada 9 Desember 2022 menyebut, kebijakan pembatasan harga itu bodoh. Ia menambahkan bahwa batas atas US$ 60 sudah sesuai dengan harga yang dijual Rusia. “Jangan khawatir tentang anggaran,” kata Putin.

Selain itu, lanjut Siluanov, isu pengurangan volume ekspor energi dimungkinkan (terjadi) karena beberapa negara menghindari Rusia dan tampaknya mengembangkan pasar baru. Hal ini menjadi proses yang akan menentukan pengembalian ekspor. “Pagu harga penting karena negara-negara yang sudah memasang pagu itu, tidak ada pasokan. Artinya akan ada negara lain. Ya, (biaya) logistik bakal meningkat. Diskon mungkin berubah sebagai hasilnya,” ungkap dia. Siluanov mengatakan, jika volume menyusut, Rusia masih memiliki dua sumber pendanaan tambahan, yakni Dana Kekayaan Nasional (National Wealth Fund/NWF) – yang menghimpun cadangan negara – dan dari pinjaman-pinjaman. Tercatat, Rusia sekarang memprediksi menggunakan lebih dari 2 triliun rubel (US$ 29 miliar) dari NWF pada 2022. Ini disebabkan total pengeluarannya yang melebihi 30 triliun rubel, lebih dari rencana awal tahun ini. “Sejak dimulainya operasi militer khusus, kondisi ekonomi makro telah berubah, inflasi telah meningkat dan sejumlah besar sumber daya diperlukan untuk menghidupi keluarga,” ujar Siluanov. Sebagai catatan, pengeluaran NWF pada Desember bisa mencapai 1,5 triliun rubel. Per 1 Desember, aset likuid di NWF berjumlah 7,6 triliun rubel atau 5,7% dari PDB Rusia.

Sumber: Investor Daily 28 Desember 2022


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)