Kuroda Menepis Pengetatan dalam Jangka Pendek

Selasa, 27 Dec 2022

TOKYO, ID – Gubernur Bank of Japan (BOJ) Haruhiko Kuroda pada Senin (26/12/2022) menampik kemungkinan BOJ mulai mengetatkan kebijakan moneter sangat longgar dalam jangka pendek. Sebelumnya pasar finansial dan para pembuat kebijakan mengisyaratkan akan ada perubahan arah kebijakan setelah berakhirnya masa jabatan Kuroda tahun depan.

 

 

Para investor pun terus mendorong imbal hasil obligasi Pemerintah Jepang (Japanese Government Bond/JGB), di tengah ekspektasi BOJ bakal menghapus kontrol imbal hasil di bawah gubernur baru. Yakni ketika masa jabatan lima tahun kedua Kuroda berakhir pada April tahun depan. Pergeseran perhatian menuju era pasca-Kuroda juga terlihat dalam komentar Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida pada Senin (26/12/2022), soal apakah keputusan merevisi cetak biru sepuluh tahun Jepang untuk mengalahkan deflasi akan dibuat setelah gubernur BOJ yang baru diangkat. “Ini sesuatu hal setelah gubernur BOJ yang baru diputuskan,” ujar Kishida dalam konferensi Federasi Bisnis Jepang atau Keidanren di Tokyo, seperti dilansir Reuters. Pernyataannya itu sepertinya mengacu pada peluang perubahan yang diupayakan untuk pernyataan bersama dengan BOJ yang berkomitmen bahwa bank sentral mencapai target inflasi 2% di tanggal sedini mungkin. Seperti diberitakan, minggu lalu pasar dibuat terkejut dengan tindakan bank sentral Jepang yang melakukan perluasan tunjangan menjadi sekitar target JGB 10 tahun. Langkah ini sendiri bertujuan meringankan sebagian dari biaya stimulus yang berkepanjangan. Menurut Kuroda pada Senin, keputusan minggu lalu dimaksudkan meningkatkan efek dari kebijakan sangat longgar, daripada langkah pertama untuk menarik program stimulus besar-besaran. “Ini jelas bukan langkah menuju jalan keluar. Bank akan berupaya mencapai target harga secara berkelanjutan dan stabil, disertai dengan kenaikan upah, dengan melanjutkan pelonggaran moneter di bawah kendali kurva imbal hasil,” kata Kuroda dalam pidatonya di hadapan Keidanren. Namun ditambahkan oleh Kuroda, laju pertumbuhan upah kemungkinan bakal meningkat secara bertahap karena mengintensifkan kekurangan tenaga kerja dan perubahan struktural di pasar kerja Jepang, yang mengarah ke upah yang lebih tinggi bagi pekerja sementara dan peningkatan jumlah pekerja tetap.

“Kondisi pasar tenaga kerja di Jepang diproyeksikan makin ketat, dan perilaku penetapan harga dan upah perusahaan juga kemungkinan bakal berubah. Dalam hal ini, Jepang sedang mendekati titik kritis untuk keluar dari periode inflasi rendah dan pertumbuhan rendah yang berkepanjangan,” ungkap Kuroda. Kekuatan pertumbuhan upah dipandang sebagai kunci soal seberapa cepat BOJ dapat menaikkan target kontrol kurva imbal hasil (yield curve control/YCC), yang ditetapkan sebesar -0,1% untuk suku bunga jangka pendek dan sekitar 0% pada imbal hasil obligasi 10 tahun. Sebagai informasi, pembelian obligasi tanpa henti oleh BOJ guna mempertahankan batas imbal hasil telah menuai kritik publik karena mendistorsi harga pasar, dan menyebabkan penurunan yen yang tidak diinginkan serta mendorong biaya impor bahan mentah yang sudah mahal. Para sumber menyampaikan kepada Reuters bahwa pemerintahan Kishida akan mempertimbangkan merevisi pernyataan bersama tahun depan, yang berfokus pada langkah-langkah untuk mengalahkan deflasi. Tujuan ini sebenarnya sudah tidak sinkron dengan kenaikan inflasi baru-baru ini, dan telah mencegah BOJ menyesuaikan kebijakan moneter secara lebih fleksibel.

Sumber: Investor Daily 27 Desember 2022


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)