Mei, Oustanding Pinjaman Fintech Lending Tembus Rp 40 T

Senin, 27 Jun 2022

JAKARTA – Industri fintech peer to peer (p2p) len ding mencatatkan outstanding pinjaman mencapai Rp 40,2 triliun per Mei 2022, meningkat 85% secara year on year (yoy). Sementara itu, fintech lending juga terus berupaya memperluas akses pinjaman ke wilayah Indonesia Timur.

 

Direktur Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan Fintech Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tris Yulianta menyampaikan, fintech lending dalam kurun lima tahun terakhir telah tumbuh signifikan seiring sambutan baik dari masyarakat. Hingga Mei 2022, total akumulasi penyaluran pinjaman mencapai Rp 380 triliun, diberikan kepada lebih dari 83 juta rekening penerima pinjaman (borrower). “Jumlah outstanding pinjaman posisi Mei 2022 sebesar Rp 40,2 triliun, ini terus meningkat 85% year on year. Di sini, tampak dengan jelas bahwa kehadiran fintech lending sangat diharapkan dan ditunggu oleh masyarakat,” kata Tris di acara Fintech Lending Days, akhir pekan lalu.  Khusus untuk penyaluran kepada UMKM, fintech lending telah menyalurkan pinjaman sebanyak Rp 42,3 triliun sepanjang tahun 2022 sampai saat ini. Tris bilang, telah terjadi pergerakan penyaluran ke sektor produktif dari sebelumnya yang lebih banyak dalam bentuk pinjaman konsumtif atau cash loan. UMKM di Indonesia mampu menyerap 120 juta tenaga kerja atau 97% total tenaga kerja di Indonesia. UMKM bisa memperluas lapangan pekerjaan jika mereka terus didukung untuk bertumbuh. Apalagi jika mamandang kontribusi UMKM yang menyumbang 60,51% dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia dan pangsa ekspor sebesar 15,65% dari total ekspor nonmigas. “Besarnya peran UMKM memerlukan perhatian bersama dari seluruh stakeholders, hal ini dikarenakan tumbuh kembangnya perekonomian Indonesia sangat bergantung pada tumbuh kembangnya UMKM kita. UMKM juga telah menjadi bukti tulang punggung ekonomi Indonesia dalam menghadapi berbagai masa krisis ekonomi,” ungkap Tris. Menurut kajian bersama OJK dengan Boston Consulting Group tahun 2020, pandemi Covid-19 telah memberikan dampak negatif kepada UMKM. Namun, UMKM turut menjadi penyelamat perekonomian dari krisis ekonomi atas dampak Covid-19 tersebut. Terlepas dari kontribusi UMKM, kata Tris, akselerasi adopsi digital dari UMKM mesti terus digenjot. Data Kominfo menyatakan, adopsi digital memang meningkat dari sebelum pandemi sebanyak 7 juta UMKM menjadi saat ini sebanyak 17 juta UMKM. Akselerasi seharusnya bisa diteruskan seiring dengan membaiknya situasi pandemi. “Sebagai alternatif sumber pendanaan bagi UMKM, OJK berkomitmen memberi dukungan penuh dalam pengembangan inovasi di industri jasa keuangan, khususnya terkait industri fintech p2p lending dan ekosistemnya. Apalagi fintech p2p lending hadir untuk mengembangkan UMKM,” beber Tris.

Di sisi lain, Tris mengemukakan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi wilayah dengan kontributor terbesar kedua setelah Sumatra Utara (Sumut) dalam hal penyaluran pinjaman fintech lending. OJK berharap fenomena ini bisa mendorong penetrasi lebih lanjut dari fintech lending untuk merambah wilayah Indonesia Timur. “Sulawesi Selatan kerap disebut sebagai pintu gerbang kawasan Indonesia Timur. Selain sebagai hub jalur transportasi dan logistik, Sulawesi Selatan juga menjadi salah satu basis pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia Timur,” ujar Tris. Ketua Bidang Edukasi, Literasi dan Riset Asosiasi  Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik S Djafar menyampaikan, secara agregat hingga saat ini  fintech lending telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 5,1 triliun khusus di wilayah Sulawesi Selatan. Pinjaman tersebut disalurkan dari sekitar 12 ribu pemberi pinjaman (lender) kepada 936 ribu borrower. “Angka penyaluran regional ini yang diharapkan terus tumbuh positif sesuai dengan semangat literasi dan inklusi keuangan yang melekat pada produk fintech pendanaan bersama,” ungkap Entjik.  AFPI menyoroti perlunya terus meningkatkan edukasi dan literasi layanan fintech lending. Hal ini dipercaya bisa mendorong inklusi keuangan sekaligus membuka akses modal kerja bagi UMKM di wilayah Indonesia Timur, khususnya di Sulsel. Langkah nyata penetrasi yang serius kepada UMKM diwujudkan melalui kolaborasi melalui business matching bersama anggota Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi). Selain dilakukan di Makassar, sesi business matching ini telah dilakukan di beberapa kota lain seperti Jakarta dan Bali. Kemudian berlanjut ke wilayah seperti Medan, Surabaya, Yogyakarta, dan kota-kota lainnya. “Dengan keunggulan industri ini yang mengedepankan teknologi keuangan digital, diharapkan memperkuat target jangkauan pembiayaan. Menjadi tantangan pelaku industri untuk bersama-sama membangun industri ini demi meningkatkan perannya bagi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional,” ucap Entjik. Dia menerangkan bahwa UMKM yang sejatinya memiliki kontribusi besar bagi perekonomian nasional merap menemui kendala pembiayaan. Bahkan, kesenjangan (gap) pembiayaan bagi UMKM nasional mencapai Rp 1.650 triliun. Hal ini yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi fintech lending. Industri fintech lending telah berkembang pesat dan terus berkomitmen membuka akses lebih luas. AFPI sendiri memprediksi sepanjang 2022 penyaluran pembiayaan baru fintech lending bisa mencapai Rp 250 triliun.

Sumber: Investor Daily (27 Juni 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)