JAKARTA – PT Bank Nationalnobu Tbk (Nobu Bank) menargetkan penyaluran kredit baru mencapai Rp 2 triliun pada semester II-2022. Dengan kredit baru tersebut, perseroan memproyeksikan penyaluran kredit sampai akhir tahun ini mencapai Rp 13,5 triliun.
Direktur Utama Nobu Bank Suhaimin Djohan menyampaikan bahwa penyaluran kredit pada tahun ini cukup menantang, namun realisasinya masih dalam jalur yang sesuai proyeksi hingga semester I-2022. Perkembangan ekonomi global dengan tingkat inflasi di berbagai negara akan menjadi pertimbangan perusahaan dalam mematok nilai penyaluran pada paruh kedua tahun ini. “Target penyaluran kredit sampai akhir tahun ini diharapkan bisa mencapai Rp 13,5 triliun. Jadi perjalanan kami masih (menambah) sekitar Rp 2 triliun lagi untuk kredit baru pada semester II ini. Kami akan kaji seberapa besar pengaruh ekonomi global dan apa yang akan dilakukan pemerintah kita,” kata Suhaimin di Jakarta, Senin (20/6). Terbaru, Nobu Bank meresmikan kolaborasi sinergi dengan PT SRC Indonesia Sembilan (SRCIS), yang merupakan anak perusahaan PT HM Sampoerna Tbk. Kolaborasi ini berbuah penyediaan produk perbankan digital, termasuk dukungan permodalan bagi toko-toko kelontong yang bernaung di bawah jaringan SRC berupa fasilitas Kredit Usaha Rakyat yang dapat diakses secara digital (KUR digital). Suhaimin menyampaikan bahwa Nobu Bank memiliki misi yang jelas dalam keberpihakannya pada UMKM dan pemberdayaan keuangan digital inklusif. Perseroan menyediakan produk dan layanan yang sesuai de-ngan kebutuhan UMKM, salah satunya dalam hal permodalan yaitu KUR. Seiring dengan semangat digitalisasi perbankan, maka Nobu Bank mengembangkan penyaluran KUR secara digital agar lebih mudah diakses oleh pelaku UMKM di manapun berada. “Kerja sama dengan SRCIS yang telah memiliki platform digital, tentunya membuka kesempatan yang lebih luas bagi para pemilik toko-toko kelontong di bawah naungan SRC untuk mengembangkan usahanya melalui dukungan permodalan dengan suku bunga yang sangat ringan,” jelas dia. Dia mengatakan, layanan perbankan digital inklusif dengan bunga ringan dan persyaratan yang simpel. Bahkan pinjaman di bawah Rp 100 juta bisa tanpa jaminan. “SRC ini memiliki 160 ribu mitra toko kelontong yang menjadi potensi besar untuk perusahaan dapat memberikan layanan KUR digital,” imbuh Suhaimin.
Pada kesempatan itu, Direktur SRC Rima Tanago menyampaikan bahwa kerja sama dengan Nobu Bank akan menjadi milestone tersendiri bagi perkembangan jaringan SRCIS ke depannya. Penyediaan permodalan melalui KUR sangat penting bagi pengembangan bisnis toko-toko kelontong binaan SRC, karena penguatan modal merupakan langkah awal bagi mereka untuk meningkatkan daya saingnya di tengah kompetisi modern. “Proses pengajuan yang dapat dilakukan di aplikasi AYO SRC TOKO ini menjadi nilai tambah yang sangat memudahkan para pemilik toko. Pasalnya, akses terhadap program KUR dan proses pengajuan menjadi lebih mudah,” ungkap dia. Kerja sama penyaluran KUR dari Nobu Bank dengan berbagai ekosistem akan mengakselerasi sekaligus memperluas inklusi keuangan karena dapat menjangkau pelaku UMKM yang selama ini mungkin mengalami kesulitan dalam mengakses permodalan dengan tingkat bunga yang terjangkau. Nobu Bank akan terus berupaya memperluas kemitraan dengan berbagai pihak dalam penyaluran KUR khususnya yang memiliki visi yang sama dalam mendukung pelaku UMKM dan industri kreatif untuk terus tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Suhaimin menambahkan, seiring perkembangan digitalisasi, Nobu Bank terus melakukan langkah transformasi digital. Salah satunya adalah fokus mengembangkan konsep open banking, bagian dari program Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) Bank Indonesia (BI). Hal ini menjadi penting agar rekanan bisa terkoneksi dengan bank. “Sekarang sudah ada puluhan partner, kami mulai dengan partner eksisting. Tentunya mulai dari QRIS, nanti sambung ke BI-Fast yang mulai digulirkan. Semua partner ini nantinya bisa ikut memberikan layanan perbankan digital secara efisien, bank hanya membantu memfasilitasi,” kata dia. SNAP memungkinkan memacu perputaran uang dan fee based income untuk bank. Tapi menurut Suhaimin, hal terpenting adalah nasabah mau lebih dulu memakai layanan digital perbankan dengan biaya yang ringan. Misalnya pada BI Fast, perseroan komitmen untuk lebih dulu memperkenalkan layanan ini kepada nasabah dengan membebaskan biaya transfer.
Sumber: Investor Daily (21 Juni 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |