Pemain Multifinance Menyusut

Senin, 04 Apr 2022

Bisnis, JAKARTA — Industri pembiayaan atau multifinance masih memiliki daya tarik, terutama oleh pemain bisnis keuangan berbasis digital. Model kerja sama, baik melalui penyertaan modal, penggabungan usaha, maupun akuisisi, dinilai cukup prospektif.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan  (OJK),  industri  pembiayaan  yang  mengelola  total  aset  senilai  Rp583,5  triliun  atau  20,55%  dari  total  aset  industri    keuangan  nonbank  (IKNB),  tersisa  223  pemain  per  Desember  2021,  turun  dari  periode  sebelumnya  sebanyak  239  pemain. Hal  ini  belum  ditambah  pemain  yang  lisensinya  dicabut  pada  awal  2022,  yaitu  PT  Inti  Artha  Multifinance  dan  PT  Intan  Baruprana  Finance  Tbk  (IBFN),  serta  pemain yang berada di ujung tanduk karena kegiatan usahanya masih berstatus dibekukan  OJK,  yaitu  PT  Danasupra  Erapacific Tbk. (DEFI), dan PT Mashill Internasional Finance. Anggota  Dewan  Komisioner  sekaligus  Kepala  Eksekutif  Pengawas  IKNB  OJK  Riswinandi  mengatakan  bahwa  pemain  multifinance  berguguran  karena  ketidakmampuan  mereka  memenuhi  tuntutan  regulasi,  terutama  terkait  tata  kelola  dan  permodalan. Adapun,  dalam  aturan  main  terkait  permodalan sendiri, terdapat tiga aturan yang kerap  menjadi  batu  sandungan  bagi  para  pemain,  yaitu  pemenuhan  ekuitas  minimum Rp100 miliar, pemenuhan rasio modal sendiri  terhadap  modal  disetor  minimum  50%,  dan  pemenuhan  rasio  permodalan  minimum  10%  dari  aset. Riswinandi menjelaskan bahwa penguatan modal multifinance akan terus dikejar, karena industri ini merupakan pemain tengah dalam  segala  hal,  baik  antara  konsumen  dengan produsen barang atau jasa, maupun antara pemilik sumber dana dengan pihak yang  butuh  pendanaan. OJK  melihat  industri  ini  masih  menarik  buat investor yang berniat menjadi pemilik. Bahkan, beberapa di antaranya justru masih merupakan  perusahaan  rintisan  (startup) atau  platform  teknologi  finansial  (tekfin/fintech).

Beberapa contoh aksi akuisisi dari startuptersebut, antara lain Traveloka yang membuat  layanan  paylater  miliknya  lewat  PT  Caturnusa Sejahtera Finance. Multifinance ini  tercipta  dari  hasil  akuisisi  PT  Malacca  Trust  Finance. Akulaku  Finance  Indonesia  juga  mulai  menjadi  pemain  paylater  pada  2018  lewat  akuisisi  PT  Maxima  Auto  Finance.  Begitu  pula  dengan  Kredivo,  yang  sebelumnya  melayani paylater  lewat  lisensi  tekfin,  mengubah bentuknya menjadi multifinance bertajuk  PT  FinAccel  Finance  Indonesia  setelah  mengakuisisi  PT  Swarna  Niaga  Finance  pada  kisaran  2020. Atome masuk ke Indonesia lewat akuisisi PT  Mega  Finadana  Finance,  kemudian  menjadi  PT  Atome  Financial  Indonesia. Platform marketplace  kendaraan  bekas  asal  Singapura  yang  kini  berstatus  startupdengan valuasi unikorn, Carro (Trusty Cars Pte. Ltd.) juga tercatat memiliki kepemilikan perusahaan leasing  PT  Sembrani  Finance  Indonesia. Leasing ini mendapat restu OJK untuk  berganti  nama  pada  tahun  ini,  dari  sebelumnya  bernama  PT  Tirta  Finance.

Ada  lagi  startup  Honest  Financial  Technologies  International  Pte  Ltd  (Honest)  yang  mengakuisisi  PT  Sahabat  Finansial  Keluarga, multifinance  anak  usaha  PT  Bank  Permata  Tbk.  (PermataBank/BNLI).  Kini,  perusahaan  itu  menjadi  PT  Honest  Financial  Technologies. Terbaru,  lembaga  keuangan  asal  Korea  Selatan, Woori Card Co, Ltd menggenggam kepemilikan  emiten  leasing  PT  Batavia  Prosperindo  Finance  Tbk.  (BPFI)  yang  dilepas induk lamanya, PT Batavia Prosperindo  Internasional  Tbk.  (BPII).  Kepala  Departemen  Pengawasan  Industri  Keuangan  Non-Bank  (IKNB)  2B  OJK  Bambang  W  Budiawan  menambahkan  bahwa industri multifinance secara umum memang  masih  menarik,  karena  bukan  hanya diincar startup atau entitas korporasi dari  luar  negeri. “Memang ada beberapa entitas dari luar negeri yang sedang melakukan penjajakan aksi  korporasi  terhadap  multifinance  kita.  Tapi di samping itu, ada juga multifinance yang memilih strategi penambahan modal dari pemegang saham yang eksis, atau kerja sama  dengan  investor  strategis,”  jelasnya  kepada Bisnis,  Jumat  (1/4).

Sumber: Bisnis Indonesia (4 April 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)