JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat outstanding kredit yang disalurkan oleh perbankan pada Februari 2022 terus menunjukkan tren positif mencapai Rp 5.741,5 triliun. Outstanding tersebut meningkat 5,9% secara year on year (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 5,4% (yoy).
Merujuk data analisis uang beredar BI periode Februari 2022, akselerasi pertumbuhan kredit terjadi pada korporasi dan perorangan. Kredit kepada korporasi meningkat dari 5,4% pada Januari menjadi 5,9% (yoy) per Februari. Sementara itu, kredit kepada perorangan tumbuh 7,3% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan penyaluran kredit pada Februari 2022 terutama terjadi pada kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK), sementara kredit modal kerja (KMK) sedikit melambat. KI terakselerasi dari 3,2% (yoy) pada Januari 2022 menjadi 4,9% (yoy) pada Februari 2022, terutama di sektor industri pengolahan, serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. KI sektor industri pengolahan pada Februari 2022 tercatat tumbuh 3,4% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, terutama pada KI industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah di Sumatra Utara dan Riau. Sementara itu, KI sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan tumbuh meningkat, dari 3,5% (yoy) menjadi 4,7% (yoy) pada Februari 2022, terutama pada pertanian hortikultura sayuran di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pertumbuhan KK terakselerasi dari 4,8% (yoy) pada Januari 2022 menjadi 5,0% (yoy), didorong oleh penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR). Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Bank Mega Tbk Kostaman Thayib menjelaskan, pada awal tahun ini diperkirakan kredit sudah bisa tumbuh sejalan dengan perekonomian yang membaik. Untuk itu, kredit Bank Mega pada kuartal I-2022 juga disebut meningkat. “Keadaan ekonomi membaik sehingga seharusnya kredit bisa meningkat pada tahun ini. Kami masih ada beberapa proses kredit, pasti naik pada kuartal I, ada kredit baru, dan ada pipeline,” jelas Kostaman kepada Investor Daily, akhir pekan lalu.
Kostaman mengungkapkan bahwa per tumbuhan kredit Bank Mega didorong dari segmen korporasi. Selain itu, didukung pula dari segmen konsumer melalui kartu kredit. Direktur Consumer Banking Bank Mega Diza Larentie menambahkan, industri kartu kredit tahun lalu masih terdampak pandemi, khususnya pada industri pariwisata dan turunannya. Namun, tahun ini diperkirakan mulai pulih karena mobilitas dibuka dan berbagai negara sudah membuka diri untuk wisatawan asing. “Awal tahun ini kena dampak cukup lumayan karena varian Omicron, ekspektasi pada Desember itu kasus naik, Februari akhir mulai melandai. Maret ini sudah sangat baik, jumlah kasus sudah lebih baik, Maret ini jadi momentum, jalanan mulai macet, mal ramai,” terang Diza. Tahun ini dia menargetkan bisnis kartu kredit Bank Mega tumbuh 20-30% dibanding tahun sebelumnya. Menurut Diza, tahun lalu industri kartu kredit mengalami kontraksi, sekarang dengan mobilitas yang mulai dibuka diharapkan mendorong bisnis kartu kredit. Secara terpisah, Direktur Keuangan PT Bank Maybank Indonesia Tbk Thilagavathy Nadason menyebut sampai dengan kuartal I-2022 realisasi pertumbuhan kredit belum dapat disampaikan, namun trennya mulai membaik. “Kinerja kuartal I sebentar lagi, tapi seiring dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan mobilitas almost back to normal dibanding tahun lalu. Kami harap menunjukkan momentum peningkatan dibanding kuartal IV-2021. Kami terus berusaha, meski ada tantangannya sendiri,” urai Thila. Rencana bisnis bank (RBB) Maybank Indonesia tahun ini berkisar antara 5-7% (yoy) untuk pertumbuhan kredit. Angka tersebut merupakan garis besar namun hasilnya akan tergantung pemulihan ekonomi domestik dan kondisi global. Proyeksi tersebut berada di bawah target industri sekitar 8-10% (yoy) tahun ini.
Lebih lanjut, data analisis uang beredar juga memaparkan kredit modal kerja (KMK) tumbuh sebesar 7,1% (yoy) pada Februari, sedikit melambat dari bulan sebelumnya 7,2% (yoy). Perlambatan terjadi pada penyaluran KMK di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sektor industri pengolahan. KMK sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan tumbuh sebesar 14,7% (yoy), melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 15,5% (yoy), terutama kredit yang disalurkan untuk sub sektor perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur. Sementara itu, KMK sektor industri pengolahan pada bulan Februari tumbuh sebesar 9,7% (yoy), lebih rendah seiring perlambatan kredit pada subsektor industri kimia dasar di DKI Jakarta. Penyaluran kredit kepada UMKM pada Februari tumbuh 14,4% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang naik 13,3% (yoy), terutama pada kredit skala mikro dan kecil. Kredit UMKM skala mikro tumbuh signifikan 82,9% (yoy) pada Februari, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 73,2% (yoy). Demikian pula kredit UMKM skala kecil tercatat tumbuh 27,2% (yoy), meningkat dibandingkan 26,3% (yoy) pada bulan Januari. Di sisi lain, Kredit usaha menengah mengalami kontraksi yang lebih dalam, dari -25,2% (yoy) pada bulan Januari menjadi -26,6% (yoy) per Februari. Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan kredit UMKM didorong oleh kredit investasi.
Sumber: Investor Daily (28 Maret 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |