JAKARTA. Minat investor mencuil peruntungan bisnis dari perbankan digital di Tanah Air masih besar. Terbaru, Grup Astra bersama mitranya dari Hong Kong, Weelab, bakal punya bank digital sendiri, yang diberi nama Bank Saqu. Bank digital ini akan diluncurkan hari ini (20/11). Bank Saqu merupakan konversi dari Bank Jasa Jakarta, yang dicaplok Astra dan Weelab akhir tahun lalu. Astra tampaknya melihat prospek industri bank digital masih menjanjikan. Alhasil, perusahaan konglomerasi ini comeback ke bisnis perbankan setelah beberapa tahun silam keluar dengan melepas kepemilikan di Bank Permata. Kehadiran Bank Saqu tentu akan membuat persaingan bank digital makin sengit. Pemainnya sudah tak bisa dibilang sedikit. Saat ini sudah ada 10 bank digital yang eksis di Indonesia. Sebagian besar sudah mendulang untung. Bank Jago misalnya, mencetak laba bersih Rp 50,3 miliar per September lalu, naik 23,9% dari tahun sebelumnya. Hingga Oktober 2023, jumlah nasabah Bank Jago mencapai 9,6 juta. Sekitar 7,6 juta nasabah aktif menggunakan aplikasi Bank Jago. Tahun lalu, jumlah nasabah Bank Jago baru 5,5 juta nasabah. "Kami berharap pertumbuhan di tahun depan bisa tinggi sama seperti tahun ini," ujar Irene Santoso, Head of Consumer Business Customer Value Management Bank Jago, di Medan, kemarin. Di sisi lain, transaksi aplikasi super bank besar juga tumbuh pesat sembilan bulan pertama tahun ini. Ambil contoh BCA Mobile, transaksinya sudah 15,5 miliar kali, melonjak 43,4% secara tahunan, dengan nilai transaksi Rp 4.987 triliun. Per September 2023, pengguna layanan digital BCA ini sudah 30,8 juta nasabah. Super app Bank Mandiri, Livin, mencatat prestasi serupa. Volume transaksi Livin dalam sembilan bulan pertama tahun ini tembus 2 miliar, meningkat 46% secara tahunan. Sementara pengguna Livin sudah mencapai 21 juta.
Ekosistem eksklusif
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy melihat, model bisnis bank digital pada dasarnya relatif sama dengan bank konvensional, yakni mengandalkan margin bunga bersih. "Sedangkan fee based income masih jadi pendukung," terang dia, kemarin. Alhasil, bank digital berhadapan secara langsung dengan bank konvensional yang memulai digitalisasi. Toh, Budi menilai bank digital masih berpeluang tumbuh, misal lewat kerjasama dengan fintech dan e-commerce. Bank digital juga bisa mengandalkan dan memperbesar ekosistem eksklusif yang dimiliki. Ekosistem bank digital yang eksklusif terbukti mampu membuat bank digital mencetak kinerja baik. Ambil contoh, Seabank Indonesia yang secara khusus melayani ekosistem ecommerce Shopee. Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, bank beraset Rp 30,8 triliun ini sudah meraup laba bersih Rp 220,8 miliar. Realisasi laba ini naik 1.485% secara tahunan. Bank Jago kini memiliki ekosistem Gojek Tokopedia. Irene menuturkan, ke depan, Bank Jago bakal lebih banyak melakukan kolaborasi dengan ekosistem yang ada. "Kami tetap akan menambah mitra baru," ucap Irene. Bank Jago juga akan menyalurkan direct lending. "Selama ini, kami menyalurkan kredit melalui partner," jelas Irene. BCA Digital juga memanfaatkan ekosistem yang dimiliki Grup Djarum. Bank ini sukses membalik rugi jadi laba sebesar Rp 11,35 miliar. Direktur Utama BCA Digital Lanny Budiati menyebut, persaingan yang ketat akan membuat bank digital berlomba menyediakan produk dan layanan berkualitas.
Sumber : Kontan 20 November 2023
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |