Pertumbuhan Premium GoTo Hadapi Tantangan Take Rate

Senin, 18 Jul 2022

JAKARTA - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) diproyeksi meraih pendapatan bersih sebesar Rp 7,6 triliun (naik 67% yoy) pada 2022. Meski demikian, pertumbuhan premium GoTo masih harus menghadapi tantangan kondisi rendahnya take rate dalam beberapa waktu ke depan.

Take rate dapat diartikan sebagai komisi yang diambil perusahaan dari nilai transaksi yang terjadi. Semakin tinggi take rate, akan semakin bagus dampaknya ke perusahaan. Analis Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Muhammad Farras Farhan memperkirakan, take rate GOTO akan relatif rendah selama beberapa waktu ke depan, terutama karena sulitnya meningkatkan take rate Tokopedia dan belum optimalnya kinerja GoTo Financial. Analis memproyeksikan, GOTO akan meraih pendapatan bersih sebesar Rp 7,6 triliun (+67% yoy) pada 2022, mengimplikasikan net take rate sebesar 1,1%. Samuel Sekuritas menginisiasi cakupan GOTO dengan rekomendasi hold dan target harga Rp 420, yang merefleksikan 0,45 kali EV/GTV proyeksi 2023. Dengan penerapan strategi hyperlocal dan cross pollination antara Tokopedia dan Gojek, SSI meyakini, GOTO dapat menumbuhkan nilai transaksi bersih (gross transaction value/ GTV)-nya hingga Rp 710 triliun atau naik 54% dibanding tahun sebelumnya. GoTo Gojek Tokopedia adalah perusahaan hasil merger antara Gojek dan Tokopedia pada 2021 yang berfokus di tiga segmen utama, ondemand (Gojek), e-commerce (Tokopedia), dan fintech (GoTo Financial). “Kami meyakini bahwa ketiga segmen bisnis GOTO dapat tumbuh dengan kenaikan tahunan (CAGR) di atas 20% selama 5 tahun ke depan, didukung dengan makin berkembangnya ekosistem internet dan makin dikenalnya layanan GOTO di masyarakat,” ujar Farras Farhan. Selain itu, potensi pertumbuhan GTV perseroan cukup tinggi. Pada 2021, GOTO mencetak nilai transaksi bersih (GTV) sebesar Rp 461 triliun (naik 40% yoy), dengan e-commerce sebagai penyumbang GTV terbesar yakni 46,5%. Ke depan, analis yakin, GOTO memiliki potensi pertumbuhan GTV yang tinggi, dengan proyeksi di angka Rp 710 triliun pada 2022, terutama didukung oleh penerapan strategi hyperlocal dan cross pollination antara pengguna Gojek dan Tokopedia. “Terlepas dari potensi pertumbuhannya yang besar, GOTO saat ini dihadapkan pada masalah take rate yang rendah, terutama dari Tokopedia dan GoTo Financial. Dalam pandangan kami, akan sulit bagi Tokopedia untuk meningkatkan take rate tanpa dampak negatif bagi pengguna dan merchant, yang tentunya akan berdampak pada pertumbuhan GTV,” ungkap Farras Farhan. Terkait GoTo Financial, Samuel Sekuritas menilai bahwa layanannya yang masih terbatas pada pembayaran digital (yang belum menjangkau seluruh masyarakat), serta belum adanya integrasi yang menyeluruh dengan penyedia layanan keuangan lainnya (seperti bank) menjadi masalah utama dalam meningkatkan take rate-nya. Dengan demikian, SSI memproyeksikan GOTO akan mencetak pendapatan bersih sebesar Rp 7,6 triliun (+67% yoy) dengan estimasi rugi bersih sebesar Rp 23,1 triliun. “Kami menginisiasikan coverage GOTO dengan rekomendasi hold dan target harga baru Rp 420 (yang dihitung menggunakan metode SOTP). Angka tersebut merefleksikan EV/GTV 2023 sebesar 0,45 kali,” tandas Farhan.

Menurut analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis, kinerja GoTo diuntungkan dengan ekosistem digital raksasa yang telah terbentuk. Dengan skala bisnis yang luas dan kuat, akan terus mengakselerasi kinerja keuangan yang semakin solid ke depan. Saat ini, ekosistem GoTo menampung sebanyak 55 juta pengguna bertransaksi tahunan, 14 juta pedagang, dan 2,5 juta mitra pengemudi. Start-up decacorn terbesar di Indonesia yang IPO pada Maret 2022 ini, diproyeksikan mampu berkontribusi hingga 30% terhadap total nilai transaksi bruto Indonesia pada 2025 mendatang. Peluang itu datang sejalan dengan dua ekosistem dari kedua perusahaan yang sangat besar, mulai dari jaringan platform yang luas hingga sistem pembayaran digital bernama Gopay yang menjadi pilar utama dalam untuk menangkap potensi bisnis dari pasar fintech. “Aksi merger juga akan menangkap para pelanggan dari Tokopedia yang sebelumnya menggunakan sistem pembayaran melalui Grab-OVO,” jelas dia dalam riset, baru-baru ini. Lebih lanjut, Niko mengatakan, potensi peningkatan kontribusi nilai transaksi bruto hingga 30% didukung dengan meningkatnya penggunaan aplikasi Gojek pasca pandemi. Selain itu, kelemahan penetrasi pasar fintech yang dialami oleh Gojek dapat diatasi dengan jangkauan konsumen dari Tokopedia. Dengan demikian Gojek dapat memanfaatkan peluang ini dan meningkatkan transaksi sektor pengantaran makanan dan cloud kitchens. “Jangkauan dari Tokopedia sudah hadir di 17 ribu pulau dan akan menjadi katalis positif bagi bisnis logistik Gojek,” ujar dia. Selain dari pertumbuhan nilai transaksi bruto, Niko menyampaikan, profitabilitas GoTo akan berasal dari potensi biaya promosi yang lebih rendah karena program promosi dapat dilakukan secara bersama atau kesatuan pada tiga segmen bisnisnya yakni platform pembayaran, e-commerce dan juga pengiriman. Gojek diketahui memiliki pangsa pasar lebih dari 50% yang diharapkan dapat menghasilkan Earning Before Interest and Tax yang positif pada 2023. “Dengan basis pengguna yang solid, ditambah dengan pilar e-commerce dan fintech itu nanti membuat pangsa pasar dari GOTO semakin kuat,” kata dia. GOTO juga terikat dengan berbagai pemegang saham dari perusahaan teknologi kelas kakap seperti Alibaba, Alfabet, Tencent, Microsoft. Menurut Niko, hal Ini memastikan GoTo akan tetap menjadi yang terdepan dalam tren teknologi, termasuk adopsi teknologi blockchain, metaverse, dan mata uang digital. Dalam memberikan valuasi, Niko menggunakan kelipatan P/GMV untuk mengevaluasi GoTo, sebagai perusahaan yang berfokus untuk menghasilkan GTV, dari 3 pilar bisnis terpisah. BRI Danareksa Sekuritas menetapkan kelipatan P/GMV sebesar 0,80 kali untuk segmen bisnis sesuai permintaan dan e-commerce untuk GMV 2021- 25, sementara 0,30 kali untuk fintech GTV. “Dengan demikian, kami merekomendasikan initiate buy dengan target harga Rp 400 dari sebelumnya Rp 338 per saham dengan potensi naik atau turun 18,3%,” pungkas dia.

Sumber: Investor Daily (18 Juli 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)