Deru Kencang Industri Alat Berat

Senin, 21 Feb 2022

Bisnis, JAKARTA — Kenaikan harga komoditas di pasar dunia berbuah manis bagi industri alat berat nasional. Kalangan produsen pun siap memacu produksi pada tahun ini untuk memenuhi tingginya permintaan di tengah strategi mereka menyiasati biaya material yang terus meningkat.

 

Bahkan  kenaikan  harga  material  tersebut  terbilang  cukup  signifikan, sehingga memaksa produsen melakukan efisiensi dan  pemotongan  biaya  tanpa  mengurangi  kualitas  produk. Selebihnya,  mereka  tidak  ingin  melewatkan  berkah  besar  ini  berlalu  begitu  saja.  “Produksi  tumbuh  [sebagai]  impactpermintaan  tahun  lalu  dan  juga  ini  momen yang tidak mungkin kami lewatkan,” kata Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaludin kepada Bisnis,  Jumat  (18/2). Menurut  dia,  kenaikan  biaya  produksi  agak  sulit  dijabarkan  terinci,  karena  cenderung  tidak  stabil.  Akan  tetapi  para  pebisnis yang bergelut di produksi alat berat optimistis bahwa penjualan tahun ini akan menorehkan angka yang menggembirakan. “Target  2022  di  level  9.000  unit  bahkan  bisa lebih. Tantangan kami adalah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung sehingga jam  kerja  berkurang,”  katanya. Produksi alat berat pada 2022 diproyeksikan mencapai angka rekor sebanyak 9.000 unit.  Jika  tercapai,  angka  produksi  tahun  ini  akan  melampaui  level  tertinggi  pada  2018  sebanyak  7.981  unit,  didorong  kenaikan harga komoditas terutama batu bara. Sebagai perbandingan produksi tahun lalu mencapai 6.740 unit. Dengan peningkatan produksi hingga 9.000 unit, perbandingan kontribusi  alat  berat  lokal  terhadap  impor  akan  menjadi  50:50  pada  tahun  ini.  Lonjakan  volume  produksi  terjadi  setelah  pada  2020  mengalami  penurunan  tajam  sebesaar  43,44%  menjadi  3.427  unit.Berdasarkan catatan Hinabi, produksi alat berat pada tahun lalu didominasi hydraulic  excavator  sebanyak  6.133  unit,  diikuti  buldoser  410  unit,  dump  truck  111  unit,  dan motor  grader  86  unit. Distributor  alat  berat  PT  United  Tractors  Tbk.  (UNTR)  tak  menampik  bahwa  kenaikan  harga  material  berdampak  pada  proses  bisnis  perseroan.  Dihubungi  terpisah,  Corporate  Secretary  UNTR Sara K. Loebis mengatakan perseroan tetap memastikan efektivitas biaya dan produktivitas  yang  maksimal.UNTR membidik peningkatan penjualan berkisar 23%—25% pada tahun ini. Capaian penjualan  pada  tahun  lalu  diperkirakan  melampaui target 3.000 unit. Adapun sampai dengan  November  2021,  penjualan  telah  mencapai 2.950 unit dengan pertumbuhan tahunan  sebesar  99%  dari  periode  yang  sama  2020  sebanyak  1.481  unit.

“Bagian dari strategi operational excellencekami adalah memastikan cost effectivenessdan optimum  productivity,”  tutur  Sara.  Hal serupa juga dirasakan penyedia alat berat  terintegrasi,  PT  Kobexindo  Tractors  Tbk. (KOBX). Kenaikan harga material yang tajam sepanjang 2021 menuntut manajemen menyesuaikan  harga  jual.Direktur  Utama  Kobexindo  Andry  B.  Limawan  mengatakan  situasi  tersebut  tertolong  dengan  tingginya  permintaan  alat  berat,  tak  hanya  di  Indonesia  tetapi  merata  secara  global.  Penyesuaian  harga  yang  dilakukan tetap memperhitungkan pertumbuhan perseroan yang berkelanjutan.    “Harga  komoditas  yang  meningkat tajam pada 2021, termasuk  harga  baja  yang  turut  mengalami  kenaikan  maka penyesuaian harga dari pihak  produsen  pun  tidak  terelakan,”  ujarnya  kepada  Bisnis. Penjualan alat berat Kobexindo mencatatkan  pertumbuhan  pesat  sekitar  365%  secara nilai. Sedangkan secara unit, penjualan  naik  428%  dibandingkan  dengan  2020. “Untuk proyeksi 2022 yang dapat kami sampaikan  terkait  target  adalah  pertumbuhan  masih  dalam  tren  positif,”  kata  Andry  optimistis. Tingginya  harga  batu  bara  tetap  akan  menjadi  motor  pertumbuhan  alat  berat  pada  tahun  ini.  Harga  batu  bara  saat  ini  memacu  produsen  untuk  memenuhi  kuota  produksi,  sehingga  harus  dibarengi  pengadaan  armada  alat  berat  yang  andal  dan  efi sien. Menurut  Astri  Duhita  Sari,  Sekretaris  Perusahaan distributor alat berat PT Intraco Penta Tbk. (INTA) kenaikan harga material masih berdampak terbatas terhadap penjualan perseroan. Penentuan kenaikan harga akan disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Intraco membidik pertumbuhan penjual-an  5%—15%  tahun  ini  setelah  sepanjang  tahun  lalu  membukukan  total  penjualan  Rp262  miliar  atau  sebanyak  376  unit. Penjualan  alat  berat  merek  LiuGong  menjadi  salah  satu  penopang kinerja penjualan pada tahun lalu dengan  capaian  Rp100,1  miliar  sampai  dengan November  2021.  Angka  ini  melonjak 559%  dibandingkan  dengan  periode  yang  sama  2020. Menanggapi  prospek  cerah  tersebut,  Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan  Batubara  Indonesia  (APBI)  Hendra  Sinadia  mengatakan  permintaan  alat  berat  dari  sektor  pertambangan  mulai  meningkat  dipicu  oleh  geliat  industri  tambang. “Antara lain dipicu oleh prospek industri akibat kenaikan harga komoditas,” ujarnya kepada Bisnis,  Minggu  (20/2).  Setali  tiga  uang,  Ketua  Umum  Asosiasi  Pemasok  Energi  dan  Batubara  Indonesia  (Aspebindo) Anggawira menyebut kebutuhan ini ditopang oleh permintaan komoditas tambang yang meningkat sejak tahun lalu. Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) mencatat penjualan pada  bulan  lalu  menyentuh  angka  1.700 unit, di atas rata-rata bulanan pada  semester  II/2021  sebesar  1.400  unit.    “Prediksi kami [penjualan bulanan]  tahun  ini  1.700  plus minus,” kata Ketua Umum PAABI Etot Listyono.

Sumber : Bisnis Indonesia (21 Februari 2022)


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)