Bisnis, JAKARTA — Kenaikan harga komoditas di pasar dunia berbuah manis bagi industri alat berat nasional. Kalangan produsen pun siap memacu produksi pada tahun ini untuk memenuhi tingginya permintaan di tengah strategi mereka menyiasati biaya material yang terus meningkat.
Bahkan kenaikan harga material tersebut terbilang cukup signifikan, sehingga memaksa produsen melakukan efisiensi dan pemotongan biaya tanpa mengurangi kualitas produk. Selebihnya, mereka tidak ingin melewatkan berkah besar ini berlalu begitu saja. “Produksi tumbuh [sebagai] impactpermintaan tahun lalu dan juga ini momen yang tidak mungkin kami lewatkan,” kata Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaludin kepada Bisnis, Jumat (18/2). Menurut dia, kenaikan biaya produksi agak sulit dijabarkan terinci, karena cenderung tidak stabil. Akan tetapi para pebisnis yang bergelut di produksi alat berat optimistis bahwa penjualan tahun ini akan menorehkan angka yang menggembirakan. “Target 2022 di level 9.000 unit bahkan bisa lebih. Tantangan kami adalah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung sehingga jam kerja berkurang,” katanya. Produksi alat berat pada 2022 diproyeksikan mencapai angka rekor sebanyak 9.000 unit. Jika tercapai, angka produksi tahun ini akan melampaui level tertinggi pada 2018 sebanyak 7.981 unit, didorong kenaikan harga komoditas terutama batu bara. Sebagai perbandingan produksi tahun lalu mencapai 6.740 unit. Dengan peningkatan produksi hingga 9.000 unit, perbandingan kontribusi alat berat lokal terhadap impor akan menjadi 50:50 pada tahun ini. Lonjakan volume produksi terjadi setelah pada 2020 mengalami penurunan tajam sebesaar 43,44% menjadi 3.427 unit.Berdasarkan catatan Hinabi, produksi alat berat pada tahun lalu didominasi hydraulic excavator sebanyak 6.133 unit, diikuti buldoser 410 unit, dump truck 111 unit, dan motor grader 86 unit. Distributor alat berat PT United Tractors Tbk. (UNTR) tak menampik bahwa kenaikan harga material berdampak pada proses bisnis perseroan. Dihubungi terpisah, Corporate Secretary UNTR Sara K. Loebis mengatakan perseroan tetap memastikan efektivitas biaya dan produktivitas yang maksimal.UNTR membidik peningkatan penjualan berkisar 23%—25% pada tahun ini. Capaian penjualan pada tahun lalu diperkirakan melampaui target 3.000 unit. Adapun sampai dengan November 2021, penjualan telah mencapai 2.950 unit dengan pertumbuhan tahunan sebesar 99% dari periode yang sama 2020 sebanyak 1.481 unit.
“Bagian dari strategi operational excellencekami adalah memastikan cost effectivenessdan optimum productivity,” tutur Sara. Hal serupa juga dirasakan penyedia alat berat terintegrasi, PT Kobexindo Tractors Tbk. (KOBX). Kenaikan harga material yang tajam sepanjang 2021 menuntut manajemen menyesuaikan harga jual.Direktur Utama Kobexindo Andry B. Limawan mengatakan situasi tersebut tertolong dengan tingginya permintaan alat berat, tak hanya di Indonesia tetapi merata secara global. Penyesuaian harga yang dilakukan tetap memperhitungkan pertumbuhan perseroan yang berkelanjutan. “Harga komoditas yang meningkat tajam pada 2021, termasuk harga baja yang turut mengalami kenaikan maka penyesuaian harga dari pihak produsen pun tidak terelakan,” ujarnya kepada Bisnis. Penjualan alat berat Kobexindo mencatatkan pertumbuhan pesat sekitar 365% secara nilai. Sedangkan secara unit, penjualan naik 428% dibandingkan dengan 2020. “Untuk proyeksi 2022 yang dapat kami sampaikan terkait target adalah pertumbuhan masih dalam tren positif,” kata Andry optimistis. Tingginya harga batu bara tetap akan menjadi motor pertumbuhan alat berat pada tahun ini. Harga batu bara saat ini memacu produsen untuk memenuhi kuota produksi, sehingga harus dibarengi pengadaan armada alat berat yang andal dan efi sien. Menurut Astri Duhita Sari, Sekretaris Perusahaan distributor alat berat PT Intraco Penta Tbk. (INTA) kenaikan harga material masih berdampak terbatas terhadap penjualan perseroan. Penentuan kenaikan harga akan disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Intraco membidik pertumbuhan penjual-an 5%—15% tahun ini setelah sepanjang tahun lalu membukukan total penjualan Rp262 miliar atau sebanyak 376 unit. Penjualan alat berat merek LiuGong menjadi salah satu penopang kinerja penjualan pada tahun lalu dengan capaian Rp100,1 miliar sampai dengan November 2021. Angka ini melonjak 559% dibandingkan dengan periode yang sama 2020. Menanggapi prospek cerah tersebut, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan permintaan alat berat dari sektor pertambangan mulai meningkat dipicu oleh geliat industri tambang. “Antara lain dipicu oleh prospek industri akibat kenaikan harga komoditas,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (20/2). Setali tiga uang, Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Aspebindo) Anggawira menyebut kebutuhan ini ditopang oleh permintaan komoditas tambang yang meningkat sejak tahun lalu. Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) mencatat penjualan pada bulan lalu menyentuh angka 1.700 unit, di atas rata-rata bulanan pada semester II/2021 sebesar 1.400 unit. “Prediksi kami [penjualan bulanan] tahun ini 1.700 plus minus,” kata Ketua Umum PAABI Etot Listyono.
Sumber : Bisnis Indonesia (21 Februari 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |