Kinerja saham PT Astra International (ASII) Tbk. (ASII) masih underperform dibandingkan dengan IHSG dalam 3 bulan terakhir. Seberapa menarik untuk dikoleksi?
Dalam riset teranyar soal Astra International pada awal Februari 2022, J.P. Morgan menyorot pergerakan saham ASII yang underperfom 10% dibandingkan dengan IHSG dalam 3 bulan terakhir. Kondisi itu dinilai lantaran kekhawatiran terhadap volume penjualan mobil pada 2022.J.P. Morgan menyebut skema pajak barang mewah untuk periode 2022 tidak sesuai ekspektasi. Dampak dari kebijakan itu diprediksi akan tecermin dari volume penjualan Januari 2022. Mereka memprediksi volume penjualan mobil wholesale yang cenderung datar pada Januari 2022 di kisaran 50.000 hingga 60.000 unit. Posisi itu lebih rendah dari 90.000 unit pada Desember 2021 atau rerata 74.000 pada 2021.Kendati demikian, J.P. Morgan tetap optimistis untuk realisasi volume penjualan 2022. Hal itu sejalan dengan tingginya harga batu bara yang secara historis berkorelasi dengan penjualan mobil. Di sisi lain, J.P. Morgan menyebut konsensus laba bersih ASII telah direvisi naik 7% sejak September 2021. Sebaliknya, harga saham underperfomdari IHSG untuk periode yang sama. “Kami meyakini gelombang upgrade laba bersih [ASII] akan berlanjut tahun ini didorong oleh kinerja yang kuat di seluruh divisi usaha khususnya bisnis terkait komoditas seperti UNTR dan AALI,” tulis Tim Analis J.P. Morgan dikutip dari riset, Senin (14/2). J.P. Morgan meyakini kinerja underperfomance saham ASII menjadi entrypoint menarik sejalan dengan potensi kuatnya kinerja kuartal IV/2021. Mereka mempertahankan rekomendasi overweight untuk saham ASII dengan target harga yang direvisi naik dari Rp6.350 menjadi Rp6.700. “Kami percaya volume Januari yang lemah telah diperhitungkan dengan baik,” ujar Tim Analis J.P. Morgan.
Sebelumnya, Head of Corporate Communications Astra International Boy Kelana Soebroto menjelaskan bahwa realisasi penjualan mobil perseroan sepanjang 2021 lebih baik dari periode 2020. Pencapaian itu, lanjut dia, sejalan dengan dukungan sejumlah faktor seperti insentif PPnBM yang diperpanjang hingga akhir 2021. Boy berharap pasar mobil akan semakin baik pada 2022. Optimisme itu sejalan dengan bergeraknya roda perekonomian serta meningkatnya daya beli masyarakat. Dari sisi pangsa pasar atau market share, Astra International melaporkan sebesar 55% sepanjang 2021. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2021, Astra International mencetak pendapatan bersih sebesar Rp167,4 triliun naik 28,42% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp130,34 triliun. Beban pokok penjualan pun turut meningkat menjadi Rp131,14 triliun dibandingkan dengan Rp101,04 triliun. Dengan begitu, laba bruto ASII meningkat menjadi Rp36,25 triliun dari posisi Rp29,3 triliun. ASII juga menurunkan beban penjualan menjadi Rp7,4 triliun pada 9 bulan tahun ini dibandingkan dengan Rp8,48 triliun dalam periode yang sama tahun lalu. Kemudian, biaya keuangan juga turun menjadi Rp1,74 triliun dari posisi Rp2,61 triliun. Dengan demikian, tanpa keuntungan dari penjualan investasi pada PT Bank Permata Tbk. (BNLI) pada tahun lalu, ASII tetap mencetak kenaikan laba sebelum pajak penghasilan menjadi Rp23,68 triliun dibandingkan dengan Rp18,85 triliun. Laba periode berjalan meningkat menjadi Rp19,01 triliun dari Rp16,23 triliun sedangkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik tipis 6,6% menjadi Rp14,97 triliun hingga kuartal III/2021 dari Rp14,03 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Lewat riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg Rabu (12/1), Head of Research Aldiracita Sekuritas Indonesia Agus Pramono menilai bahwa Astra International merupakan penikmat utama dari kenaikan harga komoditas. Namun, hal itu belum tecermin dalam pergerakan harga saham perseroan. “Kami memperkirakan pendapatan ASII pada 2022 akan pulih ke tingkat sebelum pandemi Covid-19 tetapi pemulihan EPS baru terjadi pada 2023,” jelasnya. Agus menjelaskan bahwa industri kendaraan roda empat menikmati stimulus PPnBM yang membantu pemulihan penjualan pada 2021. Pemerintah saat ini disebut tengah mempertimbangkan untuk memberikan stimulus secara permanen. “Tanpa stimulus, penjualan mobil hanya akan berada di sekitar level penjualan 2021, menurut pandangan kami,” jelasnya. Sementara itu, Agus menuturkan bahwa penjualan kendaraan roda dua akan terus didorong oleh kenaikan harga komoditas. Aldiracita memprediksi volume pertumbuhan penjualan mobil 14% dan motor sebesar 15% pada 2022. “Estimasi dengan asumsi kelanjutan stimulus kendaraan roda empat pemerintah berada pada tingkat yang lebih rendah,” imbuhnya. Aldiracita mengulangi panggilan beli untuk saham ASII. Target harga saham berada di level Rp7.500.
Sumber : Bisnis Indonesia (17 Februari 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |