Rontoknya harga saham Netfl ix pekan lalu menjadi fenomena tersendiri, setelah tren video on demand merebak di berbagai belahan dunia pascapandemi Covid-19.
Kejatuhan saham Netflix pada Jumat (21/1) merupakan yang paling parah sejak Juli 2012. Analis pun menurunkan peringkat raksasa streaming tersebut setelah perusahaan memberikan prospek penambahan pelanggan yang jauh di bawah ekspektasi Wall Street. Pekan lalu, Netflix kemudian mengumumkan siap menaikkan harga sebagian besar paket berlangganannya di pasar AS dan Kanada. Upaya untuk mengantongi lebih banyak pendapatan mengimbangi proyeksi pelanggan lebih rendah. Perinciannya US$1 untuk paket standar dan US$2 untuk paket premium termasuk streaming4K. Harga bulanan baru untuk paket standar berkisar US$15,50 dari sebelumnya US$14, sedangkan paket Premium 4K adalah US$19,99 dari sebelumnya US$17,99. Ini adalah kenaikan harga ke-6 sejak 2014. Saat pertama kali menaikkan harga di pasar Amerika, Netflix menaikkan harga paket standarnya menjadi US$8,99 dari harga aslinya US$7,99. Ketika itu perusahaan sangat khawatir mengenai kehilangan pelanggan jika terjadi kenaikan US$1 per bulan. Alhasil selama dua tahun berikutnya Netflix mempertahankan harga yang sama untuk pelanggan eksisting. “Kami memperbarui harga kami sehingga kami dapat terus menawarkan berbagai pilihan hiburan berkualitas. Seperti biasa, kami menawarkan berbagai paket sehingga subscriber dapat memilih harga yang sesuai dengan anggaran mereka,” kata perwakilan Netflix dalam sebuah pernyataan, mengutip Variety. Kenaikan harga ini dipandang sebagai sinyal bahwa Netflix akhirnya merasakan pasar yang kompetitif dari layanan lain seperti Disney+ dan HBO Max. Mengutip Techcrunch, saat Netfl ix memiliki sekitar 222 juta total pelanggan di seluruh dunia. Namun konglomerat media seperti Disney yang mengendalikan Hulu dan ESPN berkembang dengan lebih agresif.
Disney mengakhiri tahun 2021 dengan total 179 juta pelanggan termasuk untuk streaming Hulu, Disney+, dan ESPN+. Perusahaan berencana untuk menggandakan jumlah negara tempat Disney+ tersedia pada tahun fiskal 2023. Disney juga mengumumkan pembentukan divisi konten dan operasi internasional untuk memperluas jaringan langsungnya. Tak mau ketinggalan, HBO Max sebagai pendatang baru ikut bersaing. Perusahaan mengatakan bahwa Desember 2021 adalah bulan yang paling banyak penontonnya sejak peluncuran layanan pada Mei 2020. Adapun, Netflix memproyeksikan bisa menjaring 2,5 juta pelanggan baru pada kuartal I/2022. Target ini jauh dari harapan beberapa analis Wall Street yang mematok proyeksi penambahan pelanggan kuartal pertama 2022 di angka 6,9 juta. Sekalipun hasil pendapatan kuartal iV/2021 mematahkan perkiraan analis, visibilitas yang buruk terhadap pertumbuhan di masa depan memicu serangkaian penurunan pering-kat analis di Wall Street. Mengutip Businessinsider, Credit Suisse menurunkan rekomendasi saham Netflix menjadi netral dan menurunkan target harganya menjadi US$450 dari US$740. Sementara itu, Morgan Stanley menurunkan rekomendasi Netflix menjadi Equalweight dan menurunkan target harganya menjadi U$450 dari US$700. Sedangkan Monness Crespi Hardt menurunkan Netflix ke netral dan menghapus target harga sebelumnya yang sebesar US$730.Para eksekutif Netflix berjuang untuk mengidentifikasi mengapa pertumbuhan melambat. Mereka menyalahkan ekonomi yang sulit, terutama di Amerika Latin, serta dampak pandemi yang berkepanjangan. Co-founder Netflix Reed Hastings dinilai telah lama mengabaikan persaingan sebagai masalah. Sekalipun Netflix bisa tetap tumbuh karena banyak saingan masuk ke bisnis ini, tetapi perusahaan hanya sedikit mengubah strateginya“Sulit untuk menentukan mengapa akuisisi [pelanggan] belum pulih ke tingkat sebelum Covid,” kata Chief Financial Offi cer Netflix Spencer Neumann pada Kamis (20/1) waktu setempat. Dia dan rekan-rekannya menegaskan kembali kepercayaan mereka dalam prospek jangka panjang untuk bisnis.
Melansir Bloomberg pada Jumat (22/1), pasang surut pandemi membuat laju perusahaan kurang dapat diprediksi. Netflix mencatat pertumbuhan pelanggan terbaiknya pada tahun 2020, ketika miliaran orang terjebak di rumah saat pandemi. Netflix sebenarnya menjalani 2021 dengan awal yang kuat pada dua kuartal pertama. Perusahaan menjaring 8,28 juta pelanggan pada kuartal IV/2021, mengalahkan perkiraan Wall Street. Kendati demikian, realisasi kuartal IV/2021 berada di bawah perkiraan perseroan yang mematok target sebesar 8,5 juta pelanggan. Kuartal terakhir 2021 me-nampilkan rekam jejak terkuat dalam sejarah Netflix, dengan lebih banyak judul besar yang dirilis pada bulan-bulan terakhir tahun 2021 dibandingkan periode sebelumnya. Judul-judul yang dirilis akhir tahun lalu termasuk musim baru dari serial populer The Witcher dan Money Heist, dan limited series baru Maid dan My Name, lalu film Red Noticedan Don’t Look Up. Dua film terakhir yang disebutkan itu adalah dua karya orisinal Netflix yang paling banyak ditonton. Orang-orang menonton film aksi Red Notice selama lebih dari 364 juta jam dalam 28 hari pertama, dan menghabiskan hampir 350 juta jam pada Don’t Look Up. Itu setara dengan sekitar 180 juta orang menonton Red Noticesekali, dan sekitar 140 juta orang menonton Don’t Look Up. Daftar pertunjukan untuk kuartal I/2022 ini tidak sekuat akhir 2021, dan banyak dari judul terbesar tidak akan dirilis hingga Maret 2022 mendatang.
Investor telah lama melihat saham Netflix sebagai saham yang menjanjikan. Netflix dinilai sebuah perusahaan yang akan menambah puluhan juta pelanggan per tahun saat orang-orang beralih dari TV berbayar ke video internet. Netflix telah memenuhi janji itu selama satu dekade, tumbuh dari tahun ke tahun dalam perjalanan ke lebih dari 200 juta pelanggan. Sahamnya naik hampir 6.000% selama 10 tahun, yang berakhir Desember 2021. Sekarang perusahaan telah menjaring begitu banyak pelanggan di Amerika Utara dan sebagian besar Eropa, pertumbuhan menjadi lebih menantang. Eropa dan Asia adalah pasar terpenting perusahaan pada 2021. Netflix menambahkan 7,14 juta pelanggan di Asia Pasifik dan 7,34 juta di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Laju nilai tukar dolar AS yang kuat membebani uang Netflix di banyak pasar internasional tersebut. Manajemen memperkirakan bahwa apresiasi dolar akan mengurangi penjualan tahun 2022 sekitar US$1 miliar. Alhasil pasar Asia akan menjadi lebih penting dan lebih menantang. Netflix baru saja mulai mencapai kesuksesan di pasar seperti Korea Selatan dan Jepang, dan berencana untuk mempercepat pekerjaannya di sana dengan 20 program asli dari Korea tahun ini. Di sisi lain, Netflix belum menembus India, pasar utama lainnya di kawasan itu. “Hal yang membuat kami frustrasi adalah mengapa kami tidak lebih sukses di India,” kata Hastings.
Sumber : Bisnis Indonesia (26 Januari 2022)
Saham | 07-10-2021 | 08-10-2021 | (+/-) |
---|---|---|---|
ASII | 5,700.00 | 5,900.00 | 3.389% |
BBCA | 35,800.00 | 36,450.00 | 1.783% |
UNVR | 4,830.00 | 4,760.00 | -1.47% |