India Diprediksi Tumbuh Paling Pesat

Kamis, 22 Dec 2022

MUMBAI, ID – India digadang-gadang menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia pada tahun depan. Hal tersebut dipicu oleh booming ritel pascapandemi Covid-19 dan perbaikan neraca bank baru-baru ini yang menarik investasi baru sehingga mendorong naiknya permintaan di segala hal, mulai dari mobil hingga televisi, batu bara dan pesawat terbang. Menurut survei bank sentral India bulan ini, negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia itu diprediksi tumbuh 6% pada tahun fiskal yang berakhir 31 Maret 2024. Meskipun lebih lambat dari proyeksi pertumbuhan tahun fiskal saat ini sebesar 6,8%, prospek tersebut tampak kontras dengan proyeksi 2023 yang lebih suram untuk Amerika Serikat (AS), Eropa dan terutama Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Sebagai informasi, Tiongkok sebagai rival utama di kawasan Asia itu diperkirakan mengalami hambatan aktivitas tahun depan akibat lonjakan infeksi Covid baru-baru ini. “Jika India melakukan semuanya dengan benar, kita dapat melihat arus masuk asing yang signifikan dalam satu hingga dua tahun ke depan,” ujar Sridhar Sivaram, direktur investasi di Enam Holdings – sebuah grup investasi yang dikelola swasta, yang dilansir Reuters pada Rabu (21/12/2022). Ditambahkan oleh Sivaram, bobot India dalam indeks pasar negara berkembang MSCI telah meningkat dari 8% pada 2019 menjadi 16% pada Oktober 2022. Para investor portofolio asing telah melakukan jual bersih US$ 18 miliar tahun ini, tetapi kemudian beralih menjadi pembeli pada November dan Desember, karena saham keuangan menyumbang sepertiga dari arus masuk bulan lalu. Para investor penanam modal asing (PMA) jangka panjang pun telah memasukkan US$ 22 miliar ke India antara April-Oktober 2022, setara dengan tahun sebelumnya. Data pemerintah menunjukkan, perangkat lunak komputer, perusahaan jasa, perdagangan, energi non-konvensional dan bahan kimia merupakan lebih dari separuh arus yang masuk hingga September tahun ini.

Di sisi lain, aktivitas ekonomi meningkat setelah gelombang ketiga infeksi Covid pada 2021. Gelombang yang tidak separah yang dikhawatirkan itu menyebabkan sebagian besar pembatasan Covid dicabut dan melepaskan permintaan terpendam untuk memiliki rumah hingga mobil dan barang konsumen di daerah perkotaan. Data produk domestik bruto (PDB) menunjukkan, jumlah permintaan layanan seperti perhotelan, perjalanan dan rekreasi juga naik 7,4% pada kuartal September dari periode yang sama pada 2019, sebelum krisis Covid melanda. “Kami kembali dalam mode ekspansi sangat kuat, setelah periode ketika kami tidak tahu apakah kami akan bertahan,” tutur Anjan Chatterjee, direktur pelaksana Specialty Restaurants, yang mengelola restoran di seluruh negeri. Berdasarkan data PDB, secara keseluruhan, konsumsi swasta kuartal September naik 7,8% dari level sebelum Covid pada 2019. Sementara peningkatan tajam dalam belanja pemerintah telah mendorong pembentukan modal tetap, indikasi aktivitas investasi, 13,5% dari 2019.

Sumber : Investor Daily 22 Desember 2022


One Line News

Investalearning.com
Admin (Online)